dc.description.abstract | TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis, Penyakit TB adalah penyakit kronis menular yang masih tetap
merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia, Word Health
Organization (WHO) dalam Annual Report on Global TB control 2003 menyatakan
terdapat 22 negara dikategorikan sebagai High Burden Countries terhadap TB.
Penyakit ini dapat terjadi dimana saja di seluruh dunia, dan rentan penyebarannya
karena sifatnya sebagai airborne infection, dimana pasien menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Pada pasien dengan
tuberkulosis, sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Berbagai
upaya dan program pengobatan TB telah dilakukan, baik secara regional maupun
secara international, akan tetapi sampai sekarang masih saja ditemukan adanya
kegagalan pengobatan TB.
Jumlah penderita TB di Kabupaten Jember tertinggi tersebar di beberapa
kecamatan, antara lain Kecamatan Tanggul, Pakusari, Kencong, Puger dan
Sumberjambe. Berdasarkan data Puskesmas Sumberjambe Kabupaten Jember, kasus
TB di Kecamatan Sumberjambe mengalami peningkatan sebesar 19 % pada tahun
2010. Bahkan, Kecamatan Sumberjambe menduduki peringkat pertama jumlah
kejadian TB di antara daerah-daerah di sekitarnya meliputi Ledokombo dan
Sukowono atau sebanyak 96 %, Ledokombo berada di peringkat kedua, disusul
Sukowono di peringkat ketiga. Peningkatan kasus tersebut dikarenakan di Puskesmas
Sumberjambe terdapat suatu paguyuban yang aktif untuk terus mencari kasus TB di wilayah kerja Puskesmas Sumberjambe, paguyuban tersebut bernama Paguyuban TB
Sayang Paru. Puskesmas Sumberjambe berkomitmen untuk membentuk paguyuban
ini dengan tujuan membantu menurunkan angka kesakitan TB, sehingga tidak
menjadi masalah kesehatan di Kabupaten Jember dan khususnya di wilayah kerja
Puskesmas Sumberjambe.
Diantara faktor risiko yang menjadi penyebab timbulnya penyakit TB adalah
adanya kontak dengan penderita TB. Dilain pihak konsumsi makan juga mempunyai
andil yang sangat besar terhadap peningkatan status gizi penderita dalam usaha untuk
sembuh dari penyakit TB, selain itu adanya kejadian TB karena kondisi lingkungan
fisik rumah yang kurang.
Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh kontak dengan penderita TB,
konsumsi makan meliputi (tingkat konsumsi dan status gizi) dan faktor lingkungan
fisik rumah terhadap kejadian TB. Jenis penelitian ini menggunakan analitik
observasional dengan desain case control, populasi kasus adalah penderita TB yang
masih menjalani pengobatan mulai bulan Mei s/d Nopember 2010. Sampel dalam
penelitian ini dibagi menjadi sampel kasus dan sampel kontrol dengan perbandingan
1 : 2. Sampel kasus adalah orang yang menderita TB pada Paguyuban TB Sayang
Paru di wilayah kerja Puskesmas Sumberjambe Kabupaten Jember sebanyak 20 orang
dan sampel kontrol adalah orang yang tidak menderita TB yang merupakan tetangga
terdekat dari penderita TB pada Paguyuban TB Sayang Paru di wilayah kerja
Puskesmas Sumberjambe Kabupaten Jember sebanyak 40 orang, sehingga total
sampel sebanyak 60 orang. Variabel dependen penelitian ini adalah kejadian TB dan
variabel independen penelitian ini adalah kontak dengan penderita TB, konsumsi
makan dan faktor lingkungan fisik rumah. Analisis data menggunakan uji regresi
logistik berganda.
Hasil analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda
menunjukkan bahwa variabel kontak dengan penderita TB memiliki nilai signifikansi
p (0,001) < 0,05; 95% CI: >1, sehingga variabel kontak dengan penderita TB
berpengaruh signifikan terhadap kejadian TB. Variabel tingkat konsumsi energi memiliki nilai signifikansi p (0,024) < 0,05; 95% CI: > 1 sehingga variabel tingkat
konsumsi energi berpengaruh signifikan terhadap kejadian TB dan variabel tingkat
konsumsi lemak memiliki nilai signifikansi p (0,022) < 0,05; 95% CI: < 1 sehingga
variabel tingkat konsumsi lemak merupakan faktor protektif terhadap kejadian TB.
Variabel status gizi memiliki nilai signifikansi p (0,013) < 0,05; 95% CI: >1 sehingga
variabel status gizi berpengaruh signifikan terhadap kejadian TB. Variabel jenis lantai
memiliki nilai signifikansi p (0,015) < 0,05; 95% CI: < 1, sehingga variabel jenis
lantai merupakan faktor protektif terhadap kejadian TB.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan bagi Puskesmas Sumberjambe
diharapkan terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, serta meningkatkan
pemberian informasi tentang bahaya penyakit TB kepada masyarakat Sumberjambe
yang tergolong berpendidikan dasar atau rendah melalui selebaran, leaflet, pamflet
dan spanduk yang tersebar di tempat yang sering dikunjungi orang seperti balai desa,
pasar serta tempat keramaian lainnya di daerah tersebut. Bagi paguyuban TB Sayang
Paru diharapkan lebih optimal dalam mensosialisasikan penyakit TB kepada
masyarakat, karena dalam penelitian ini terdapat pengaruh signifikan antara kontak
dengan kejadian TB, sehingga masyarakat lebih hati-hati dalam kontak langsung
dengan penderita TB positif. Misalnya dengan menghimbau masyarakat agar
menutup mulut jika batuk dan bersin serta tidak meludah sembarangan. Bagi
penderita serta masyarakat yang rawan terinfeksi supaya mengkonsumsi makanan
yang sehat dan seimbang dengan memakan makanan yang dihasilkan di daerah
tersebut, misalnya beras, jagung, buah-buahan dan sayuran agar daya tahan tubuh
tetap terjaga dari infeksi bakteri maupun virus penyebab penyakit. Bagi peneliti lain
diharapkan melakukan penelitian tentang faktor risiko lainnya yang menyebabkan
kejadian TB, sehingga harapanya dengan mengetahui faktor-faktor lain tersebut dapat
membantu pihak yang terkait seperti dinas kesehatan dalam upaya untuk mencegah
dan menanggulangi penyakit TB. | en_US |