Show simple item record

dc.contributor.authorMirandasari
dc.date.accessioned2014-01-29T09:06:26Z
dc.date.available2014-01-29T09:06:26Z
dc.date.issued2014-01-29
dc.identifier.nimNIM072010101063
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/27116
dc.description.abstractPenyakit infeksi masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian utama di negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit infeksi bisa disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Mikosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur. Mikosis yang memiliki insiden paling tinggi adalah kandidiasis dan dermatofitosis. Kandidiasis merupakan mikosis oportunistik dan agen penyebab paling sering salah satunya adalah Candida albicans. Penggunaan antijamur sebagai terapi ternyata masih menimbulkan masalah, yaitu timbulnya spesies yang lebih resisten. Misalnya penggunaan flukonazol yang meluas telah mencetuskan timbulnya spesies yang lebih resisten terhadap azol. Oleh karena itu pilihan terapi untuk kandidiasis masih perlu dikembangkan misalnya dengan obat tradisional. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah daun waru landak. daun ini mengandung zat antijamur yaitu tanin, saponin, alkaloid dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antijamur ekstrak etanol daun waru landak terhadap C. albicans. Jenis penelitian ini adalah kuasi experimental dengan rancangan penelitian Posttest Only Control Group Design. Sampel yang digunakan adalah jamur C. albicans. Konsentrasi larutan uji yang digunakan adalah 1 mg/ml, 10 mg/ml, 20 mg/ml, 30 mg/ml, 40 mg/ml, 50 mg/ml, 60 mg/ml dan 70 mg/ml. Untuk kontrol positif digunakan suspensi nistatin 500 mg/ml dan untuk kontrol negatif digunakan larutan NaCMC. Data yang diperoleh adalah diameter zona hambat yang terjadi di sekitar sumuran dan diukur dengan menggunakan jangka sorong. Data kemudian dianalisis dengan uji Kruskall Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Pada penelitian didapatkan rata-rata diameter zona hambat yang dihasilkan oleh ekstrak konsentrasi 1 mg/ml, 10 mg/ml, 20 mg/ml, 30 mg/ml, 40 mg/ml, 50 mg/ml, 60 mg/ml dan 70 mg/ml berturut-turut adalah 9,6 mm, 10,33 mm, 11,00 mm, 11,59 mm, 12,35 mm, 13,21 mm, 13,79 mm, dan 14,93 mm. KHM ekstrak terhadap pertumbuhan C. albicans adalah 10 mg/ml. Dari uji Kruskall Wallis didapatkan hasil p<0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada minimal dua kelompok perlakuan. Sedangkan melalui uji MannWhitney didapatkan hasil terdapat perbedaan bermakna pada semua konsentrasi kecuali konsentrasi 60 mg/ml terhadap 50 mg/ml, 40 mg/ml terhadap 30 mg/ml, 30 mg/ml terhadap 20 mg/ml, dan 20 mg/ml terhadap 10 mg/ml. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun waru landak memiliki aktivitas antijamur yang lemah terhadap C. albicans secara in vitro. Untuk ke depannya penulis menyarankan penelitian mengenai identifikasi, purifikasi, efek samping, dan pemanfaatan daun waru landak selain sebagai antijamur.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries072010101063;
dc.subjectAktivitas, Antijamur Ekstraken_US
dc.titleAKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ETANOL DAUN WARU LANDAK (Hibiscus mutabilis) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITROen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record