• Login
    View Item 
    •   Home
    • UNDERGRADUATE THESES (Koleksi Skripsi Sarjana)
    • UT-Faculty of Agriculture
    • View Item
    •   Home
    • UNDERGRADUATE THESES (Koleksi Skripsi Sarjana)
    • UT-Faculty of Agriculture
    • View Item
    JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

    HUBUNGAN ANTARA POPULASI AFID VEKTOR DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CMV PADA TEMBAKAU H382 YANG DIINTRODUKSI BAKTERI Pseudomonas aeruginosa, CACING MERAH (Lumbricus rubellus) DAN VIRUS CMV-48

    Thumbnail
    View/Open
    A (155)x_1.pdf (94.38Kb)
    Date
    2014-01-28
    Author
    Fathul Mukaromah
    Metadata
    Show full item record
    Abstract
    Penyakit Cucumber mosaic virus (CMV) pada pertanaman tembakau dapat menyebabkan tebal daun tembakau menjadi tidak merata, lebar daun berkurang, dan pada kerosok menjadi tidak elastis, warna tidak merata dan mudah pecah, sehingga menurunkan harga jual. Penyakit ini sulit dikendalikan, karena banyak tumbuhan inang virus di sekitar pertanaman, sedangkan virus dapat ditularkan oleh afid vektor. Jika ada sumber inokulum di lapangan, satu ekor afid dapat menularkan dan menyebarkan virus dari satu tanaman ke tanaman lain bahkan dari satu pertanaman ke pertanaman lain. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui populasi afid pada pertanaman tembakau di lahan penelitian, (2) mengetahui tingkat kejadian penyakit dan laju infeksi CMV, (3) mengetahui hubungan antara populasi afid dengan kejadian penyakit CMV, dan (4) mengetahui tingkat keparahan penyakit CMV. Penelitian dilaksanakan di Desa Tegalgede, Kecamatan Sumbersari, Jember mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2004. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan kombinasi macam P. aeruginosa, macam cacing merah, dan macam virus, masing-masing terdiri dari dua taraf dan diulang sebanyak tiga kali. Introduksi P. aeruginosa dilakukan dua kali, pertama pada enam hari sebelum tanam, dan kedua pada umur tanaman dua hari setelah tanam (hst), aplikasi cacing merah dilakukan dua kali, pertama pada waktu penanaman tembakau, dan kedua pada umur tanaman 20 hst, sedangkan inokulasi CMV-48 dilakukan secara mekanik dengan gosokan pada umur tanaman 21 hst. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi afid tertinggi secara keseluruhan terdapat pada pertanaman tembakau yang diintroduksi dengan P. aeruginosa tanpa cacing merah dan CMV-48 (2,46 ekor pada umur tanaman 14 hst), sedangkan populasi afid terendah terdapat pada pertanaman tembakau yang diintroduksi dengan CMV-48 tanpa P. aeruginosa dan cacing merah (1 ekor pada umur tanaman yang sama). Populasi afid tidak dipengaruhi oleh macam perlakuan yang diberikan, karena sifat afid adalah mencoba-coba tanaman inang. Kejadian penyakit CMV di lapangan tidak dipengaruhi oleh macam perlakuan yang diberikan, tetapi dipengaruhi oleh populasi afid vektor pada awal pengamatan. Kejadian penyakit CMV tertinggi terjadi pada pertanaman tembakau yang diintroduksi dengan P. aeruginosa tanpa cacing merah dan CMV-48 (5,49% pada umur tanaman 21 hst) dengan laju infeksi 0,20 unit tanaman/hari, sedangkan kejadian penyakit terendah terjadi pada pertanaman tembakau tanpa introduksi P. aeruginosa, cacing merah dan CMV-48 (1,11% pada umur tanaman yang sama) dengan laju infeksi 0,20 unit tanaman/hari. Satu ekor afid infektif dapat menyebabkan tingkat kejadian penyakit yang berbeda. Satu ekor afid bersayap pada antartanaman yang infektif dapat menyebabkan peningkatan kejadian penyakit CMV sebesar 2,31 unit/tanaman (pada umur tanaman 21 hst) dan 1,69 unit/tanaman (pada umur tanaman 35 hst). Satu ekor afid tidak bersayap pada antartanaman yang infektif dapat menyebabkan peningkatan kejadian penyakit CMV sebesar 5,68 unit/tanaman (pada umur tanaman 35 hst). Satu ekor afid bersayap pada perangkap yang infektif dapat menyebabkan peningkatan kejadian penyakit CMV sebesar 2,19 unit/tanaman (pada umur tanaman 21 hst), 0,28 unit/tanaman (pada umur tanaman 35 hst) dan menyebabkan penurunan kejadian penyakit CMV sebesar 0,66 unit/tanaman (pada umur tanaman 49 hst). Populasi afid pada umur tanaman 21 hst dan 35 hst mempunyai korelasi positif, sedangkan populasi afid pada umur tanaman 49 hst mempunyai korelasi negatif. Tingkat keparahan penyakit CMV dipengaruhi oleh macam perlakuan yang diberikan. Pertanaman tembakau yang diintroduksi dengan P. aeruginosa, cacing merah dan CMV-48 mempunyai keparahan penyakit tertinggi pada umur tanaman 21 hst (0,95%) tetapi pada umur tanaman 70 hst menjadi terendah ( 13,25%), sedangkan pertanaman tembakau yang diintroduksi dengan cacing merah dan CMV-48 mempunyai keparahan penyakit terendah pada umur tanaman 21 hst (0%) tetapi pada umur tanaman 70 hst menjadi tertinggi (55,9%).
    URI
    http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/26536
    Collections
    • UT-Faculty of Agriculture [4363]

    UPA-TIK Copyright © 2024  Library University of Jember
    Contact Us | Send Feedback

    Indonesia DSpace Group :

    University of Jember Repository
    IPB University Scientific Repository
    UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
     

     

    Browse

    All of RepositoryCommunities & CollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

    My Account

    LoginRegister

    Context

    Edit this item

    UPA-TIK Copyright © 2024  Library University of Jember
    Contact Us | Send Feedback

    Indonesia DSpace Group :

    University of Jember Repository
    IPB University Scientific Repository
    UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository