dc.description.abstract | Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan semakin sadarnya
masyarakat terhadap pentingnya mengkonsumsi sayuran, kebutuhan masyarakat
terhadap sayuran semakin lama semakin meningkat. Konsumsi sayuran per kapita
di Indonesia hanya 34 kg/tahun padahal anjuran FAO untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan konsumsi negara terhadap sayuran per kapita minimal 75 kg/tahun.
Peningkatan kebutuhan ini tidak diimbangi dengan produksi sayuran khususnya
sawi yang masih rendah baik dalam segi kualitas maupun kuantitasnya. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan hasil dan kualitas sawi
ialah memperbaiki teknik budidayanya. Teknik yang dapat dilakukan adalah
melalui pemberian hormon dan pemanfaatan bahan organik.
Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan yang terletak di Desa Darsono
Kecamatan Arjasa dengan ketinggian ±100 mdpl yang dilaksanakan mulai bulan
November 2011 sampai dengan bulan Februari 2012. Percobaan fakorial
dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari
dua faktor. Faktor pertama macam bahan organik (L) terdiri dari L1 (kontrol), L2
(kompos), L3 (bokashi), L4 (Kotoran Ayam) dan faktor kedua konsentrasi
hormon organik (H) terdiri dari H1 (2cc/l), H2 (3cc/l), H3 (4cc/l), masing-masing
diulang tiga kali.
Hasil penelitian menunjukan interaksi antara macam bahan organik dan
konsentrasi hormon organik berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman
dengan kombinasi perlakuan macam bahan bokashi dan hormon organik
konsentrasi 3cc/l sebagai kombinasi terbaik. Perlakuan bahan organik
memberikan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun,
kandungan klorofil, berat basah tanaman, berat kering tanaman, volume akar dan
luas daun dengan macam bahan bokashi sebagai macam bahan terbaik. Perlakuan
konsentrasi hormon organik memberikan pengaruh nyata terhadap parameter
tinggi tanaman, jumlah daun, kandungan klorofil dan berat basah tanaman dengan
konsentrasi 3 cc/l sebagai konsentrasi terbaik | en_US |