TEKNIK FORMULASI DAN PENYIMPANAN BAKTERI NEMATODA ENTOMOPATOGEN Xenorhabdus spp. DAN Photorhabdus luminescens SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI Plutella xylostella DAN Crocidolomia binotalis PADA KUBIS
Abstract
Nematoda entomopatogen memiliki hubungan yang khas, yaitu dengan
satu jenis bakteri tertentu. Xenorhabdus spp. dan Photorhabdus luminescens
adalah bakteri gram negatif yang bersimbiose dengan nematoda entomopatogen,
Steinernema spp. dan Heterorhabditis spp. Simbiosis antara nematoda dan bakteri
bersifat mutualisme. Simbios tersebut terdapat di dalam intestine nmatodadan
berperan untuk mengendalikan serangan hama P. xylostella dan C. binotalis pada
tanaman kubis.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Perlindungan Tanaman Jurusan
Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember, yang
dimulai bulan April 2003. Produksi massal bioinsektisida berbahan aktif bakteri
simbion nematoda entomopatogen, Xenorhabdus spp. dan P. luminescens isolat
lokal sebagai agensia pengendali hayati hama P. xylostella dan C. binotalis pada
tanaman kubis dilakukan dengan cara: pertama produksi massal bioinsektisida
berbahan aktif bakteri simbion nematoda entomopatogen isolat lokal yang
terseleksi dalam medium cair (Liquid Culture). Tahap kedua yaitu dengan
Formulasi bakteri simbion Xenorhabdus spp. dan P. luminescens yang
menggunakan media BSA, YS, pepton, BSA+biodac 4% dan tanah mineral. Dan
tahap ketiga yaitu teknik penyimpanan bakteri simbion Xenorhabdus spp. dan
P. luminescens. Teknik penyimpanan ini dilakukan dengan cara menyimpan
bakteri pada suhu 0 oC, 4 oC, 15 oCdan ruang (27 oC- 30 oC).
Hasil penelitian menunjukan bahwa media yang baik untuk formulasi
bakteri simbion NEP adalah media BSA. Pada media BSA populasi bakteri dapat
mencapai 25,68 x 108 cfu/ml untuk Xenorhabdus spp. dan 24,08 x 108 cfu/ml
untuk P. luminescens. Virulensi bakteri Xenorhabdus spp terhadap P. xylostella adalah 100 persen dan C. binotalis 86,67 persen. Sedangkan virulensi
P. luminescens terhadap P. xylostella 93,33 persen dan C. binotalis 86,67 persen.
Larva P. xylostella dan C. binotalis yang terinfeksi Xenorhabdus spp. mengalami
perubahan warna tubuh yang semula berwarna hijau berubah menjadi coklat
karamel dan akhirnya coklat kehitaman. Sedangkan larva P. xylostella dan
C. binotalis yang terinfeksi P. luminescens warna tubuhnya berubah menjadi
coklat agak kemerahan. Suhu penyimpanan yang sesuai untuk pertumbuhan
bakteri simbion NEP adalah suhu penyimpanan 0 oC. Pada suhu 0 oC tersebut
bakteri dapat mempertahankan populasi dan virulensinya sampai dengan satu
minggu. Pada pengamatan minggu kedua sampai kelima populasi bakteri dan
virulensi bakteri simbion terus mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan
karena bakteri fase primer telah banyak yang menjadi fase sekunder.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara
kerapatan koloni Xenorhabdus spp. dengan C. binotalis pada formulasi bakteri
simbion NEP. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan kerapatan koloni
Xenorhabdus spp. tidak diikuti dengan meningkatnya mortalitas C. binotalis.
Sedangkan pada teknik penyimpanan, semua hubungan antara kerapatan koloni
bakteri simbion NEP dengan mortalitas larva uji menunjukkan korelasi yang
positif. Hal tersebut mengandung arti bahwa semakin tinggi kerapatan koloni,
maka semakin tinggi pula mortalitas larva uji.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
media yang sesuai untuk formulasi bakteri simbion NEP adalah media BSA
dengan suhu penyimpanan adalah 0 oC. Media BSA dan media tanah mineral
merupakan media yang mempunyai prospek yang baik untuk digunakan sebagai
media formulasi bakteri simbion NEP
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]