Show simple item record

dc.contributor.authorSALLYTHA, Ariestya Ayu Meda
dc.date.accessioned2013-12-03T01:54:29Z
dc.date.available2013-12-03T01:54:29Z
dc.date.issued2013-12-03
dc.identifier.nim081510501141
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/2621
dc.description.abstractSalah satu faktor pembatas dalam peningkatan produksi, kualitas dan kuantitas tembakau di lapangan yaitu adanya serangan hama dan penyakit. Salah satunya adalah penyakit busuk batang berlubang yang disebabkan oleh Erwinia carotovora subsp. carotovora. Tetapi penyakit ini belum efektif dikendalikan menggunakan pestisida kimiawi maka alternatif pengendalian perlu dikembangkan yaitu pengendalian menggunakan agen hayati. Salah satu mikroba yang memiliki potensi sebagai agen pengendali hayati adalah Actinomycetes. Actinomycetes memiliki kemampuan dalam menghasilkan berbagai antibiotik seperti streptomycin, aureomisin, oleandomisin, spiramycin dan eritromisin. Actinomycetes juga dapat mengendalikan beberapa patogen seperti Sclerotium rolfsii Saac. penyebab penyakit rebah semai pada tanaman kedelai dan F.oxysporum f.sp. cubense penyebab penyakit layu pada pisang. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat Actinomycetes pada daerah rizosfer di pertanaman tembakau dan mengetahui potensi beberapa isolat Actinomycetes untuk mengendalikan bakteri busuk batang berlubang pada tembakau. Penelitian ini dilakukan dengan pengujian in vitro dan pengujian in vivo. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial, Faktor A adalah Actinomycetes dan faktor B adalah E. carotovora. Pengujian in vitro dilakukan melalui pendekatan antibiosis dengan metode double-layer assay. Pengujian in vivo mengaplikasikan Actinomycetes hasil skrinning in vitro (isolat Mumbulsari, Sukowono dan Sukorambi) terhadap tanaman tembakau yang sudah diinokulasikan dengan bakteri patogen E.carotovora dan tanpa aplikasi patogen. Berdasarkan hasil pengamatan pada pengujian in vitro diameter zona hambatan yang terbentuk ditunjukkan masing – masing isolat bervariasi yaitu berkisar 18,30 mm hingga 49,95 mm. Perbedaan zona hambatan ini diduga adanya perbedaan dalam menghasilkan antibiotik dari masing-masing isolat Actinomycetes. Sedangkan pengujian in vivo, aplikasi Actinomycetes A3B1 berpengaruh positif terhadap masa inkubasi penyakit, yaitu dapat menunda pertumbuhan patogen sampai 30 hari setelah inokulasi, sedangkan pada perlakuan A1B1 dan A2B1 mampu menunda 4 kali lebih lama dibandingkan dengan kontrol. Untuk keparahan penyakit yang muncul pada tanaman tembakau, perlakuan Actinomycetes A3B1 juga mampu menghambat perkembangan penyakit busuk batang berlubang hingga 100% pada akhir pengamatan, meskipun strain lainnya A1B1 dan A2B1 hanya mampu menekan perkembangan penyakit hingga 45,8% dan 50%, sedangkan pada kontrol munculnya gejala penyakit pada 21 hsi sebesar 100%.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries081510501141;
dc.subjectACTINOMYCETESen_US
dc.subjectE. CAROTOVORA
dc.subjectTEMBAKAU
dc.titlePotensi Beberapa Isolat Actinomycetes untuk Mengendalikan Bakteri Busuk Batang Berlubang Erwinia Carotovora Subsp. Carotovora pada Tembakauen_US
dc.typeOtheren_US
dc.identifier.validatorTaufik, 3 Nopember 2023


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record