Show simple item record

dc.contributor.authorAgung Kurniawan
dc.date.accessioned2014-01-27T13:39:52Z
dc.date.available2014-01-27T13:39:52Z
dc.date.issued2014-01-27
dc.identifier.nimNIM991510401166
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/25494
dc.description.abstractTembakau cerutu (Na Oogst) merupakan salah satu produk pertanian yang menjadi andalan Pemerintah Daerah Kabupaten Jember, dan menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan. Salah satu kendala bertani tembakau yaitu menurunnya kuantitas dan kualitas yang disebabkan oleh Cucumber mosaic virus (CMV). Daun yang menunjukkan gejala terserang CMV akan menurunkan kualitas dan harga pada tembakau Na Oogst. CMV pada tembakau Na Oogst menyebabkan tebal daun tidak merata, lebar daun berkurang, dan daun kerosok tidak elastis, warna tidak merata, dan mudah robek. Sosialisasi pemanfaatan cacing merah dan P. aeroginusa untuk meningkatkan ketahanan tembakau terhadap CMV belum ernah dilakukan penelitian. Oleh sebab itu tujuan penelitian ini ialah 1) mengetahui pemahaman petani tembakau di Jember tentang a) penyebaran penyakit CMV, b) kerugian akibat infeksi CMV, c) pengendalian hama dan penyebab penyakit yang menyerang tembakau, dan 2) mengetahui respons petani tembakau di Jember tentang sosialisasi pemanfaatan cacing merah dan P. aeroginusa untuk meningkatkan ketahanan tembakau terhadap infeksi CMV. Penelitian tentang respons petani pada pemanfaatan cacing merah dan P. aeroginusa untuk meningkatkan ketahanan tembakau terhadap CMV dilakukan dengan memberikan tiga kuisioner kepada semua anggota kelompok tani tembakau yang berasal dari tiga kelompok tani di Jember yang terdiri dari kelompok tani Rukun Tani Antirogo, Rukun Tani Tegalgede dan Nikmat Tani Mumbulsari. Kuisioner dibagi menjadi tiga, pertama tentang cara bercocok tanam dan pemeliharaan tembakau, kedua tentang pemahaman petani terhadap organisme pengganggu tanaman tembakau terutama penyakit yang disebabkan virus dan cara-cara pengendaliannya, dan ketiga tentang tanggapan petani tembakau terhadap pemanfaatan cacing merah dan P. aeroginusa untuk mengendalikan penyakit CMV. Masing-masing hasil kuisioner pertama dan kedua dibandingkan sehingga menjadi data ordinal dua sampel yang saling berhubungan dan dianalisis dengan uji Korelasi Rank Spearman. Hasil kuisioner ketiga tentang respons petani tembakau terhadap demoplot pemanfaatan cacing merah dan P. aeroginusa untuk meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman serta untuk mengendalikan penyakit dengan usaha pengendalian penyakit CMV dianalisis dengan uji Friedman. Pemahaman 3 kelompok tani tembakau tentang penyakit virus yang menyerang tembakau masih kurang terutama penyakit CMV. Hal ini menyebabkan petani kurang paham akan kerugian yang ditimbulkan oleh serangan CMV pada tembakau. Anggota ketiga kelompok tani pada umumnya paham akan cacing merah dan manfaatnya dalam bidang pertanian, akan tetapi di antara mereka banyak yang belum pernah mendengar dan manfaatnya sebagai agen pengendali hayati penyakit-penyakit virus atau oleh patogen lain. Sebagian besar anggota kelompok tani tembakau ternyata masih belum paham pemanfaatan P. aeroginusa untuk mengendalikan penyakit CMV. Pengalaman berusahatani tembakau yang masih kurang menyebabkan petani ketiga anggota sampel kelompok petani tembakau mengeluarkan biaya yang cukup besar dengan keuntungan yang sulit diprediksi. Keuntungan kelompok tani tembakau Nikmat Tani Mumbulsari musim tanam 2003 yang diperoleh lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh kelompok tani Rukun Tani Tegalgede dan Rukun Tani Antirogo karena perbedaan kultivar, luas lahan, dan besarnya modal yang dimiliki anggota kelompok tani. Pemahaman yang kurang terutama cara penularan dari tanaman sakit ke tanaman sehat dan gejala penyakit virus pada tanaman tembakau (TMV dan CMV) menyebabkan anggota kelompok tembakau tersebut kesulitan untuk menemukan alternatif pengendalian penyakit CMV pada tembakau. Hal tersebut dimungkinkan karena anggota kelompok petani kurang aktif dalam kelompok tani. Ketiga anggota kelompok tani sampel paham materi demoplot dan tertarik memanfaatkan cacing merah dan P. aeroginusa untuk mengendalikan CMV pada tembakau karena petani menganggap cacing merah dan P. aeroginusa berhasil untuk mengendalikan penyakit CMV. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat keparahan penyakit CMV pada tembakau yang diintroduksi dengan P. aeroginusa lebih rendah dari pada tembakau tanpa introduksi P. aeroginusa. Keparahan penyakit CMV pada petak yang diintroduksi cacing dan bakteri rendah, yaitu mencapai 16,67%, sedangkan pada petak tanpa cacing dan bakteri, keparahan penyakit CMV tinggi, mencapai 53,33%. Insiden penyakit CMV pada lahan demoplot yang diintroduksi cacing merah dan P. aeroginusa tetap tinggi, tidak memepengaruhi berat basah daun tembakau, tinggi tanaman dan jumlah daun pada batang utama. Sosialisasi pemanfaatan cacing merah dan P. aeroginusa untuk meningkatkan ketahanan tembakau terhadap penyakit CMV berhasil dilakukan. Hal ini dibuktikan dengan respons petani yang tertarik memanfaatkan cacing merah dan P. aeroginusa karena terbukti mampu menurunkan keparahan penyakit CMV setelah dilakukan demoplot.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries991510401166;
dc.subjectPseudomonas aeroginusaen_US
dc.titleRESPONS TIGA KELOMPOK PETANI TEMBAKAU DI JEMBER TERHADAP SOSIALISASI PEMANFAATAN CACING MERAH DAN Pseudomonas aeroginusa UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN TEMBAKAU TERHADAP CUCUMBER MOSAIC VIRUSen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record