PERAN EKSPONEN BALAI PUSTAKA DALAM PERKEMBANGAN NASIONALISME INDONESIA TAHUN 1917-1942
Abstract
endirian Balai Pustaka dan tugas yang dipegangnya, didasarkan pada usaha
menjalankan kebijaksanaan pemerintah kolonial di bidang pengajaran. Untuk
keperluan itu, Balai Pustaka menerapkan sejumlah syarat bagi naskah-naskah yang
diterbitkannya. Sehingga dalam hal ini, buku-buku terbitan Balai Pustaka harus
sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah kolonial Belanda di bidang pendidikan.
Maka, golongan terpelajarlah yang memanfaatkan keberadaan Balai Pustaka untuk
kepentingan bangsanya. Dalam hal inilah seharusnya dapat melihat secara objektif
bahwa jasa Balai Pustaka sebenarnya justru terletak pada Eksponen Balai Pustaka,
bukan pada lembaganya. Eksponen Balai Pustaka secara cerdik dapat memanfaatkan
Balai Pustaka untuk kepentingan dirinya dan kepentingan bangsa dan negaranya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.faktor apa sajakah yang
melatarbelakangi berdirinya Balai Pustaka yang dimanfaatkan oleh eksponen Balai
Pustaka? 2.siapakah para eksponen Balai Pustaka yang memanfaatkan Balai Pustaka
sebagai media perjuangan nasionalisme? 3.bagaimanakah usaha-usaha para eksponen
bumiputra dalam mendorong berkembangnya jiwa nasionalisme Indonesia melalui
Balai Pustaka? 4.bagaimanakah hubungan antara Eksponen Balai Pustaka dengan
perkembangan nasionalisme Indonesia? Penelitian ini bertujuan untuk menggali
faktor apa sajakah yang melatarbelakangi berdirinya Balai Pustaka yang
dimanfaatkan oleh eksponen Balai Pustaka, mengetahui siapakah eksponen Balai
Pustaka yang memanfaatkan Balai Pustaka sebagai media perjuangan nasionalisme,
berusaha mengkaji usaha-usaha yang dilakukan para eksponen bumiputra dalam menumbuhkan jiwa nasionalisme Indonesia, dan berusaha mengkaji hubungan antara
Eksponen Balai Pustaka dengan perkembangan nasionalisme Indonesia.
Penelitian yang penulis lakukan apabila dilihat dari sumber datanya, termasuk
penelitian bibliografis. Penelitian bibliografis disebut juga penelitian kepustakaan,
yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan menghimpun data-data dari berbagai
literatur baik yang ada di perpustakaan-perpustakaan maupun di tempat-tempat lain.
Oleh karena itu penelitian ini sering juga disebut studi literatur. Dengan
menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik,
interprestasi dan historiografi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa karya–karya yang diterbitkan Balai Pustaka tidak semuanya
adalah karya yang pro kolonial, karena tema-tema yang digunakan pada karya-karya
terbitan Balai Pustaka banyak mengandung unsur-unsur yang menumbuhkan
semangat nasionalisme.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini, pendirian Balai Pustaka dilatarbelakangi
oleh empat fakor yaitu politik, sosial, pendidikan, ekonomi, dan kesadaran nasional.
Balai Pustaka adalah satu-satunya penerbit legal milik pemerintah kolonial Belanda,
sehingga Balai Pustaka dimanfaatkan oleh eksponen Balai Pustaka sebagai media
perjuangan. Beberapa Eksponen Balai Pustaka ini adalah golongan intelektual dan
pejuang nasionalis, diantaranya Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan
Takdir Alisjahbana, dan HAMKA. Eksponen Balai Pustaka berjuang melalui karya-
karyanya dengan menyusupkan ide-ide nasionalis melalui ungkapan, kiasan, dan
ibarat. Karya-karya inilah yang akhirnya menyatukan rakyat Indonesia melalui
bahasa Indonesia, menumbuhkan semangat emansipasi wanita, dan menginsipirasi
lahirnya penerbit Pudjangga Baru.
Saran dari hasil penelitian ini adalah skripsi ini diharapkan, dapat
menumbuhkan dan memupuk rasa nasionalisme yang kuat pada generasi-generasi
muda penerus bangsa, agar dapat menghadapi dengan keteguhan hati, berbagai
persoalan bangsa yang dapat menimbulkan keretakan dan perselisihan baik antar
penduduk Indonesia maupun antara bangsa di dunia.