dc.description.abstract | Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru bidang
studi matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Randuagung, metode pembelajaran
yang sering digunakan adalah metode ceramah. Dalam pembentukan kelompok
belajar, guru menyerahkan sepenuhnya kepada siswa untuk memilih anggota
kelompoknya. Guru tidak memperhatikan bahwa siswa dalam satu kelas memiliki
kemampuan yang berbeda-beda. Dari hasil observasi didapatkan hasil belajar
matematika semester gasal siswa di kelas VIIIF masih rendah. Hal ini ditunjukkan
oleh data kelas, yakni sebanyak 22 siswa atau 56,41% yang dikatakan tidak tuntas
dari 39 siswa. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu
diterapkan model pembelajaran yang dapat memperhatikan tingkat kemampuan
masing-masing siswa di kelas. Salah satu model pembelajaran yang diharap dapat
memenuhi hal tersebut adalah model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction
(ATI).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji penerapan model
pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), aktivitas siswa dan
ketuntasan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Aptitude Treatment
Interaction (ATI) pada sub pokok bahasan keliling dan luas lingkaran. Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas VIIIF SMP Negeri 1 Randuagung semester genap
tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah 39 siswa yang terdiri dari 27 siswa lakilaki
dan
12
siswa
perempuan.
Pengambilan data dimulai pada tanggal 13 Januari 2012 sampai dengan 03
Februari 2012. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Model
skema yang digunakan adalah model skema penelitian Hopkins. Metode
ix
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi,
wawancara, tes dan dokumentasi.
Penelitian model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) ini
dilakukan dua siklus pembelajaran. Pembentukan kelompok pada siklus I
berdasarkan nilai hasil belajar (rapot) siswa semester gasal tahun ajaran
2011/2012 dan informasi guru bidang studi matematika. Pembentukan kelompok
kemampuan tinggi dengan kriteria nilai ≥ 80, kelompok kemampuan sedang
dengan kriteria 75 ≤ nilai < 80 dan kelompok kemampuan rendah dengan kriteria
nilai < 75. Sedangkan pembentukan kelompok kemampuan pada siklus II
berdasarkan nilai tes akhir siklus I dengan kriteria nilai sama dengan siklus I.
Perlakuan (treatment) kepada siswa kelompok kemampuan tinggi yaitu dengan
belajar mandiri (self learning) di perpustakaan sekolah. Perlakuan kepada siswa
kelompok kemampuan sedang dan rendah yaitu dengan belajar konvensional di
kelas. Sedangkan untuk kelompok kemampuan rendah ditambah dengan kegiatan
tutorial diluar jam pelajaran.
Hasil penelitian pada pembelajaran siklus I rata-rata aktivitas siswa
kelompok kemampuan tinggi sebesar 93,05% sedangkan pada siklus II sebesar
95,83%. Untuk siswa kelompok kemampuan sedang pada siklus I rata-rata
aktivitas siswa sebesar 72,92% sedangkan pada siklus II sebesar 80,14%. Untuk
siswa kelompok kemampuan rendah pada siklus I rata-rata aktivitas siswa sebesar
71,27% sedangkan pada siklus II sebesar 76,85%. Terjadi peningkatan aktivitas
siswa siklus I ke siklus II dari semua kelompok kemampuan. Sedangkan untuk
ketuntasan hasil belajar siswa siklus I, secara klasikal sebesar 43,59% dan
mengalami peningkatan di siklus II menjadi 71,79%.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa model
pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) cukup efektif untuk
diterapkan pada materi keliling dan luas lingkaran guna meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal ini terlihat dari peningkatan persentase aktivitas siswa dari
semua kelompok kemampuan dan ketuntasan hasil belajar matematika di kelas
pada tiap siklus | en_US |