Show simple item record

dc.contributor.authorUmi Saidah
dc.date.accessioned2014-01-24T08:54:14Z
dc.date.available2014-01-24T08:54:14Z
dc.date.issued2014-01-24
dc.identifier.nimNIM060210103279
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/23652
dc.description.abstractCabai merah memiliki nilai ekonomi tinggi di pasaran. Permintaan akan cabai merah terus meningkat dari tahun ke tahun, sementara produksi cabai merah di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu 8,59 ton/ha. Rendahnya produksi cabai merah tersebut diantaranya adalah disebabkan serangan hama dan penyakit, salah satunya adalah hama lalat buah Bactrocera sp. Selama ini pengendalian Bactrocera sp. dengan menggunakan bahan kimia, hal ini dapat menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan. Sehingga diperlukan upaya pengendalian hama terpadu. Salah satunya adalah dengan menggunakan tanaman selasih yang berfungsi sebagai tanaman perangkap. Tanaman selasih menghasilkan metil eugenol yang merupakan atraktan lalat buah (Prawoto, 2005). Berkaitan dengan pemanfaatan selasih sebagai tanaman perangkap, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pola distribusi spasial sistem tanam cabai merah dan tanaman selasih terhadap oviposisi Bactrocera sp., mengetahui tingkat kerusakan buah pada tanaman cabai merah yaitu jumlah larva Bactrocera sp. pada tanaman cabai merah setelah dilakukan pola distribusi spasial sistem tanam antara cabai merah dan selasih. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Pertanian Agrotekno Park Universitas Jember pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan kontrol, dengan 3 kali pengulangan. Variabel bebas pola distribusi spasial sistem tanam cabai merah dan selasih per perlakuan dengan serial jarak 20 cm, 30 cm, dan 40 cm, sedangkan sebagai kontrol dengan jarak 15 cm. Variabel terikat berupa densitas buah cabai merah yang terinfeksi dan jumlah larva tiap buah yang terinfeksi per perlakuan. Analisis data untuk mengetahui hubungan pengaruh antara variabel bebas dan terikat dengan uji ANAVA dengan tingkat kepercayaan 95% (p<0,05), apabila terdapat perbedaan yang signifikan dari masing-masing perlakuan dilanjutkan dengan uji LSD dengan tingkat kepercayaan 95%. Untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing perlakuan dapat dilakukan dengan analisis regresi. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pada perlakuan P1 (20 cm) ulangan 1, 2, dan 3, cabai merah yang terinfeksi masingmasing 0, 0, dan 1, jumlah larva masing-masing adalah 0, 0, dan 25. Perlakuan P2 (30 cm) ulangan 1, 2, dan 3, cabai merah yang terinfeksi masing-masing 0, 1, dan 0, jumlah larva masing-masing adalah 0, 62, dan 0. Perlakuan P3 (40 cm) ulangan 1, 2, dan 3, cabai merah yang terinfeksi masing-masing 1, 1, dan 0. Jumlah larva masing-masing adalah 39, 44, dan 0. Sedangkan untuk perlakuan kontrol (15 cm) ulangan 1, 2, dan 3. Semua buah cabai merah terinfeksi, jumlah larva masingmasing adalah 23, 67, dan 57. Berdasarkan analisis yang dilakukan, intensitas serangan pada perlakuan P1 (20 cm) dan P2 (30 cm) yaitu sebesar 33%. Pada perlakuan P3 (40 cm) sebesar 67%, dan kontrol sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan P1 dan P2 efektif terhadap densitas infeksi Bactrocera sp., sedangkan pada perlakuan P3 dan kontrol tidak efektif terhadap densitas infeksi Bactrocera sp. lebih lanjut, dapat dilihat melalui jumlah dan posisi spot pada buah cabai merah yang terinfeksi Bactrocera sp. diketahui nilai batas efektif posisi pangkal, tengah, dan ujung masing-masing sebesar 13,5%, 55,6%, dan 6,5%. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan, yang memiliki nilai batas efektif paling tinggi adalah posisi bagian tengah. Tingkat kerusakan buah setelah diberikan perlakuan pola distribusi spasial antar perlakuan P1, P2, P3, dan kontrol memiliki perbedaan pengaruh yang tidak signifikan sebesar 0,33 (P>0,05). Dengan batas nilai efektif sebesar 6,5%. Perlakuan P1 (20 cm) memiliki rerata sebesar 8,33. Perlakuan P2 (30 cm) memiliki rerata sebesar 20,67. P3 (40 cm) dengan rerata sebesar 27,67. Secara umum, tingkat kerusakan buah setelah diberikan perlakuan pola distribusi spasial tertinggi terjadi pada perlakuan P3 (40 cm)en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries060210103279;
dc.subjectDistribusi Spasialen_US
dc.titleENGARUH POLA DISTRIBUSI SPASIAL SISTEM TANAM CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DAN SELASIH (Ocimum basilicum Linn.) TERHADAP OVIPOSISI LALAT BUAH (Bactrocera sp.) DAN TINGKAT KERUSAKAN BUAHen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record