dc.description.abstract | Salah satu peran TNI di Indonesia adalah untuk menyongsong pembangunan
demokrasi. Namun, peran tersebut gagal TNI laksanakan karena TNI terlalu jauh
memasuki panggung perpolitikan nasional. Keterlibatan TNI dalam politik
sebenarnya mengakat kuat sejak jaman perang kemerdekaan. Kemudian peran politik
militer tersebut berada pada posisi klimaks pada masa pemerintahan Soeharto (Orde
Baru) dengan mendayagunakan dwifungsi ABRI sebagai penopang utama
penyelenggaraan pemerintahan. Dengan Dwifungsi ABRI ini militer semakin jauh
masuk dalam politik, dan juga sosial ekonomi sehingga melanggar norma-norma
perpolitikan di Indonesia.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) Apa yang melatarbelakangi
keterlibatan TNI dalam politik Nasional Indonesia?; (2) Bagaimana Implementasi
Politik TNI/ABRI dalam Membangun Demokrasi di Indonesia Tahun 1966-1997?;
Bagaimana dampak keterlibatan TNI/ABRI dalam politik, bagi pembangunan
Demokrasi di Indonesia? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji
latar belakang keterlibatan militer dalam politik Nasional Indonesia; mengkaji dan
menganalisis Implementasi Politik TNI/ABRI dalam Membangun Demokrasi di
Indonesia Tahun 1966-1997; serta mengkaji dan menganalisis dampak dari
keterlibatan TNI/ABRI dalam politik, bagi pembangunan Demokrasi di Indonesia.
Hasil Penelitian diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah kajian tentang peran
TNI dalam Membangun Demokrasi di Indonesia Khususnya pada masa Orde Baru.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah dengan
langkah-langkah heuristik, kritik, intreprestasi dan historiografi.. Penulis
melaksanakan penelitian kurang lebih selama dua bulan dengan studi literatur,
sehingga tempat penelitiannya di perpustakaan. Adapun perpustakaan yang
digunakan adalah: (1) Lab HMP Kelamas (Porgram Studi Sejarah); (2) Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember; (3) Perpustakaan Pusat
Universitas Jember, (4) Perpustakaan Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Universitas Jember; serta (5) Perpustakaan milik Pemerintah Daerah (Pemda)
Kabupaten Jember (Jawa Timur).
Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan tiga faktor pendorong latar
belakang masuknya militer Indonesia dalam politik yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor Internal diantaranya: (1) Para perwira intervensionis didorong
motivasi membela atau memajukan kepentingan militer.(2) Membela nilai-nilai dan
aspirasi kelas menengah darinya mereka berasal, (3) Profesionalisme militer
meyebabkan perwira-perwira percaya bahwa mereka mampu dari segi kepemimpinan
nasional dibandingkan kelompok sipil, dan (4) Intervensi militer dalam politik
sebagai sebab ambisi pribadi perwira yang harus wibawa dan haus kekuasaan.
Adapun faktor eksternalnya adalah: (1) Sebagai akibat dari struktur politik
masyarakat yang masih rendah dan rentan, (2) Kegagalan sisten politik dari kelompok
sipil yang memerintah atau kelompook sipil dipandang tidak mampu memberikan
jaminan tertib politik dan stabilitas dan politik, (3) Kelompook sipil dianggap tidak
mampu dala melakukan modernisasi ekonomi, (4) Terjadinya disintegrasi nasional.
Sedangkan faktor penyebab masuknya TNI dalam politik pada masa Orde
Baru antara lain: (1) Momentum pemberontakan PKI dan balas jasa kepada militer,
(2) persepsi atas kegagalan pemerintahan sipil, (3) menjaga stabilitas sebagai faktor
utama pembangunan ekonomi, (4) upaya soeharto mempertahankan kekuasaan,
ketaatan serta hasrat kekuasaan perwira, dan (5) memperjuangkan kepentingan militer
sendiri.
Dipandang dari konsep Dwifungsi, UUD 1945 dan konsep demokrasi,
keikutsertaan TNI dalam politik bisa dibenarkan sebagai semangat pengabdian tetapi
lingkupnya dibatasi agar tidak mengganggu supremasi sipil. Namun dalam
prakteknya pada masa Orde Baru militer terlalu jauh masuk dalam politik. Hal ini
menyebabkan hilangnya hak politik sipil dalam negara yang seharusnya menjadi
syarat mutlak pemerintahan demokratis. Disinilah penyebab kegagalan TNI Orde
Baru dalam rangka ikut menegakkan demokrasi diIndonesia. | en_US |