Show simple item record

dc.contributor.authorAMANG KURNIAWAN
dc.date.accessioned2014-01-24T04:38:27Z
dc.date.available2014-01-24T04:38:27Z
dc.date.issued2014-01-24
dc.identifier.nimNIM030210302025
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/23225
dc.description.abstractGunung Ijen merupakan salah satu gunung api yang berada di bagian paling Timur Pulau Jawa, tepatnya di Desa Tamansari Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Menurut masyarakat Banyuwangi Gunung Ijen ini disebut juga Kawah Ijen karena kawahnya yang indah didukung oleh ekosistem disekitar kawah yang menakjubkan; dataran tinggi ini masuk area Taman Nasional Alas Purwo (TNAP). Masyarakat Desa Tamansari memanfaatkan kawah Ijen untuk menambang belerang karena melimpahnya sumber daya alam ini dan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memperoleh deskripsi yang lebih luas mengenai penambangan belerang di Gunung Ijen, maka permasalahan dalam penelitian ini meliputi ; 1) bagaimanakah sejarah penambangan belerang di Gunung Ijen Desa Tamansari, 2) bagaimana dinamika kehidupan sosial ekonomi penambang belerang di Gunung Ijen Desa Tamansari Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi tahun 1968-2007. Manfaat dari penelitian ini adalah; 1). Menambah khasanah sejarah sosial ekonomi Indonesia, 2). Menjadi bahan masukan bagi pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan penambang belerang, 3). Dapat lebih memperkaya perbendaharaan kepustakaan tentang perkembangan sosial ekonomi penambang belerang Kabupaten Banyuwangi, 4). Dapat memberikan informasi bagi setiap orang yang ingin mengetahui mengenai kehidupan sosial ekonomi penambang belerang. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan pendekatan sosiologi ekonomi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer maupun sekunder yang diperoleh dari wawancara dan dokumen. Pembahasan dan hasil meliputi sejarah penambangan belerang di Gunung Ijen, kegiatan penambangan belerang yang meliputi proses penambangan, perlengkapan yang digunakan dan hasil produksi, serta dinamika kehidupan sosial ekonomi penambang belerang di Gunung Ijen Desa Tamansari Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi. Penambangan belarang di Kawah Ijen dimulai pada tahun 1968. Penambangan itu dilakukan sekitar 15 orang dengan harga jual belerang per kilonya Rp 2,-. Penambangan ini masih terus dilakukan hingga sekarang dengan harga jual belerang per kilo Rp 500. Pada tahun 1970 yang terlibat dalam penambangan belerang sekitar 25 orang dan penambangan tersebut dilakukan oleh CV. Argomulyo yang mempunyai tempat belum permanen di Desa Tamansari dan tahun 1973 CV Argomulyo berubah menjadi PT. Candi Ngrimbi hingga saat ini. Pendapatan penambang belerang untuk tiap harinya berbeda-beda tergantung berapa kali mereka mengangkut belerang dan beban yang diangkut oleh penambang, tetapi rata-rata setiap harinya penambang memperoleh pendapatan antara Rp 25.000 sampai dengan Rp 40.000. dengan harga belerang per kilogramnya saat ini 500 rupiah dan setiap bulannya penambang belerang dapat mengantongi pendapatan kurang lebih sekitar 1.000.000 rupiah. Perlengkapan yang digunakan para penambang belerang meliputi helm, sepatu, sarung, sarung tangan, keranjang dan alat pengungkit. Perlengkapan tersebut agar terhindar dari kecerobohan pada saat proses kerja berlangsung karena medan yang dilalui oleh penambang belerang cukup sulit dan terjal, karena penambangan yang berada di Gunung Ijen ini merupakan penambangan yang masih tradisional. Karena sejak awal dimulainya penambangan belerang pengangkutannya masih menggunakan tenaga manusia dan belerang tersebut harus diangkut kurang lebih sekitar 4 kilometer dan setelah sampai di Paltuding belerang tersebut akan diangkut oleh truk menuju ke Perusahaan yang berada di Desa Tamansari Perusahaan tempat mereka bekerja memberikan asuransi kecelakaan kerja namun dengan syarat asuransi ini berlaku semasa jam kerja saja yaitu mulai pukul 6 pagi sampai pukul 2 siang. Diluar jam itu resiko ditanggung penambang sendiri. Untuk menjaga stamina biasanya mereka rajin meminum jamu tradisional, namun jika merasa tidak enak badan mereka memeriksakan diri ke dokter. Para penambang ini harus benar-benar memperhatikan kesehatannya, mengingat pekerjaannya yang tidak ringan.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries030210302025;
dc.subjectPenambang Belerangen_US
dc.titleDINAMIKA SOSIAL EKONOMI PENAMBANG BELERANG DI GUNUNG IJEN DESA TAMANSARI KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 1968-2007en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record