dc.description.abstract | IPA berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam secara sistematik, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, dan prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Berdasarkan hasil observasi awal diperoleh data bahwa pembelajaran IPA di kelas V SDN Seruni 02 Kecamatan Jenggawah masih mengandalkan metode ceramah. Dalam metode ceramah guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk menggali dan menemukan kebenaran konsep IPA. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan hanya menghafal materi yang diberikan oleh guru melalui metode ceramah. Guru bersifat sebagai transfer of knowledge dan transfer of information saja tanpa memperhatikan konsepsi awal siswa yang diperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman sehari-hari. Siswa hanya menerima informasi yang disampaikan oleh guru, sedangkan guru kurang memperhatikan proses asimilasi informasi dalam diri siswa, apakah struktur kognitif siswa (konsepsi awal siswa) tersebut telah sesuai dengan informasi baru yang disampaikan guru atau malah sebaliknya.
Hasil observasi menunjukkan adanya permasalahan yang timbul akibat penggunaan metode ceramah di kelas V SDN Seruni 02 Jenggawah antara lain: siswa tidak berani bertanya kepada guru tentang materi yang kurang dimengerti karena guru tidak memberi kesempatan untuk bertanya, siswa lebih senang bicara sendiri dengan teman sebangku daripada mendengar ceramah dari guru, siswa merasa mengantuk saat pemberian materi berlangsung. Menurut hasil wawancara dengan siswa kelas V, siswa mendapatkan pembelajaran IPA dari ceramah guru di kelas dan tidak pernah melakukan praktik secara langsung, sehingga siswa merasa bosan dalam menerima materi pelajaran karena metode ceramah dianggap monoton dan tidak menarik.
Metode pembelajaran yang dapat membantu memecahkan permasalahan di atas adalah pembelajaran terhadap siswa yang dapat meningkatkan kerjasama siswa, meningkatkan pembelajaran yang mendorong peningkatan aktivitas siswa, sehingga dapat memperbaiki hasil belajar siswa. Dari data di atas, Penerapan model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dianggap sesuai untuk mengatasi permasalahan yang dialami siswa kelas V SDN Seruni 02 Kecamatan Jenggawah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Seruni 02 pada siswa kelas V semester genap Tahun Ajaran 2009/2010 Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember mulai tanggal 1 Februari 2010 sampai dengan 25 Februari 2010. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan dalam proses pengkajian berdaur (cyclical) yang terdiri atas empat tahap. Keempat tahap dalam PTK yaitu perencanaan, tindakan, mengamati/observasi, dan refleksi merupakan satu siklus dan dalam PTK siklus selalu berulang. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, tes, observasi dan dokumentasi.
Hasil observasi aktivitas siswa pada kegiatan pra siklus, persentase rata-rata aktivitas siswa adalah 58,53% dan tergolong kategori kurang aktif. Hasil observasi yang dilakukan terhadap aktivitas siswa selama siklus I, diketahui bahwa siswa tergolong cukup aktif. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus I mencapai 72,42%. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dalam pelaksanaan siklus II menunjukkan siswa tergolong aktif yaitu dengan 87,94%. Dari hasil ini aktivitas pada siklus sudah meningkat jika dibandingkan dari sebelum dilakukan tindakan. Persentase peningkatan aktivitas siswa dari pra siklus ke siklus I adalah sebesar 73,81%, dan persentase peningkatan aktifitas siswa dari siklus I ke II sebesar 90,48%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa dari siklus ke siklus.
Hasil belajar yang diperoleh siswa kelas V SDN Seruni 02 Kecamatan Jenggawah pada pra siklus pada subpokok bahasan gaya magnet tergolong rendah. Nilai paling rendah yang dicapai siswa adalah 42 sedangkan nilai paling tinggi yang dicapai siswa adalah 76, dan nilai rata-rata kelas yaitu 57,91. Hasil belajar pada siklus I masih lebih meningkat dibanding pra siklus. Nilai paling rendah yang dicapai siswa adalah 42 dan paling tinggi yang dicapai siswa adalah 84, sedangkan nilai rata-rata kelas yaitu 65,81. Pada akhir kegiatan siklus II siswa juga mengerjakan tes formatif untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang sudah dipelajari. Hasil belajar pada siklus II semakin meningkat. Nilai paling rendah dicapai siswa 68 dan paling tinggi adalah 100, sedangkan nilai rata-rata kelas yaitu 76,05. Hasil belajar sains siswa dengan penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) pada subpokok bahasan gaya magnet ini mengalami peningkatan. Persentase peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus ke siklus I adalah 71,43%, dan persentase peningkatan hasil belajar siswa siklus I ke siklus II yaitu mencapai 90,48%.
Dengan demikian penerapan pembelajaran berbasis proyek (project based learning) pada pelajaran IPA subpokok bahasan gaya magnet dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN Seruni 02 Jenggawah. | en_US |