dc.description.abstract | Problem Based Instruction (Pembelajaran Berbasis Masalah) adalah suatu pendekatan pembelajaran yng menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran di SMP Negeri 1 Tanggul cenderung menggunakan metode cermah pada tiap pembelajarannya, ini mengakibatkan siswa merasa jenuh dan berkurangnya motivasi siswa untuk belajar. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada pokok bahasan keliling dan luas segitiga siswa kelas VIIC SMP Negeri 1 Tanggul tahun ajaran 2009/2010; (2) Bagaimanakah aktivitas belajar siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Tanggul selama proses pembelajaran matematika menggunakan metode pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada pokok bahasan keliling dan luas segitiga; (3) Dapatkah penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) mengatasi kesalahan siswa dalam menyelesaikan masalah keliling dan luas segitiga siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Tanggul tahun ajaran 2009/2010. Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif, Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Model skema dalam penelitian ini adalah model Hopkins yang menggunakan dua siklus yang tiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, metode tes, dan metode interview. Metode observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa serta guru dan juga untuk mengetahui kesulitan – kesulitan yang terjadi selam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah. Metode tes digunakan untuk mengetahui tingkat kesalahan siswa sebelum dan sesudah Pembelajaran Berbasis Masalah. Sedangkan metode Interview digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai Pembelajaran Berbasis Masalah ini.
Pembelajaran dilakukan dalam dua siklus yang tiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan, sebelum siklus pertama dilakukan ada tindakan pendahuluan yang dilakukan yaitu berupa tes pendahuluan. Dari tes pendahuluan didapat siswa yang tuntas belajar dengan prosentase ketuntasan belajar secara klasikal hanya mencapai 45,65%. Dari tes pendahuluan dapat disimpulkan siswa masih terlalu banyak melakukan kesalahan penggunaan data, kesalahan penggunaan teorema dan definisi, serta kesalahan teknis pada pokok bahasan keliling dan segitiga ini. Siklus pertama dilakukan dengan menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Masalah, pada siklus I ini siswa tampak sangat antusias melaksanakan semua tahapan dalam pembelajaran berbasis masalah dan pada akhir pembelajaran siswa diberikan tes siklus I. Pada siklus II siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran ini, jadi siswa sudah tidak canggung dan melaksanakan semua tahapan pembelajaran dengan sangat baik. Dari hasil observasi pada siklus I dan II didapatkan prosentase aktivitas siswa secara klasikal meningkat dari 90,03% menjadi 95,28%, aktivitas kelompok juga meningkat dari 84,52% menjadi 97,61%. Dari hasil wawancara dengan siswa didapatkan siswa sangat senang dan antusias dengan pembelajaran berbasis masalah ini, serta hasil wawancara dengan guru juga mendapatkan tanggapan yang sangat positif dengan pembelajaran berbasis masalah ini. Hasil tes menunjukkan hasil yang sangat menggemberikan, dari prosentase kesalahan siswa 10, 39% jauh menurun pada siklus II menjadi 4, 25%. Ini membuktikan pembelajaran berbasis masalah dapat menjadi alternatif yang menarik untuk mengatasi kesalahan siswa. | en_US |