Show simple item record

dc.contributor.authorZAILINA MIRZA
dc.date.accessioned2014-01-23T06:29:02Z
dc.date.available2014-01-23T06:29:02Z
dc.date.issued2014-01-23
dc.identifier.nimNIM060210193148
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/22293
dc.description.abstractDi Indonesia, sekalipun pelayanan kesehatan modern telah berkembang, namun jumlah masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2001, 57,7% penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri tanpa bantuan medis, 31,7% diantaranya menggunakan tumbuhan obat tradisional, dan 9,8% memilih cara pengobatan tradisional lainnya. Indonesia memiliki budaya pengobatan tradisional termasuk penggunaan tumbuhan obat sejak dulu dan dilestarikan secara turun-temurun. Namun adanya modernisasi budaya dapat menyebabkan hilangnya pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat. WHO (World Health Organization) pada tahun 1985 memprediksi bahwa sekitar 80% penduduk dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat (herbal medicine, phytotherapy, phytomedicine, atau botanical medicine) untuk pemeliharaan kesehatan primernya. Tradisi pengobatan suatu masyarakat tidak terlepas dari kaitan budaya setempat. Persepsi mengenai konsep sakit, sehat, dan keragaman jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional terbentuk melalui suatu proses sosialisasi yang secara turun-temurun dipercaya dan diyakini kebenarannya. Suku Osing merupakan salah satu masyarakat lokal Banyuwangi yang masih mewarisi dan menjaga warisan leluhurnya dengan tetap menggunakan obat tradisional untuk pengobatan penyakit. Adapun salah satu tradisi yang dilakukan masyarakat Osing saat mereka masuk angin adalah dengan cara memakan selembar daun sirih dan untuk meningkatkan stamina tubuh dengan cara memakan satu siung bawang putih. Namun pergantian dari generasi ke generasi saat ini suku Osing hampir kehilangan generasi penerus untuk melestarikan warisan nenek moyang dalam pemanfaatan sumber daya alam disekitarnya. Metode penelitian yang dilakukan dengan cara observasi lapangan dan wawancara semi-structured dengan Suku Osing Banyuwangi yang memanfaatkan tumbuhan sebagai pengobatan tradisional dengan menggunakan tipe pertanyaan open-ended. Tujuan penelitian adalah untuk melakukan inventarisasi jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh Suku Osing sebagai obat tradisional, mengetahui cara penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional, dan mengetahui perbandingan penggunaan obat tradisional dan non-tradisional oleh Suku Osing Banyuwangi. Hasil penelitian pada masyarakat lokal Suku Osing yang terdiri dari 3 Desa yaitu Desa Kemiren, Desa Paspan dan desa Banjar dari 35 narasumber terinventarisir 43 penyakit dengan 96 resep tradisional. Terdapat 64 tumbuhan, 3 jenis hewan dan 12 bahan mineral yang digunakan untuk pengobatan di Suku Osing. Dari tabel persentase, Sirih (Piper betle L.) mempunyai persentase penggunaan yang paling tinggi (lebih dari 50%). Rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.), Jambu biji (Psidium guajava L.), Alpukat (Persea americana Mill), Daun asam (Tamarindus indica L.), dan Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) mempunyai persentase penggunaan yang relative sedang (berkisar antara 20%-50%). Sedangkan tumbuhan yang lainnya mempunyai persentase penggunaan kurang dari 20%. Untuk hewan dan bahan mineral mempunyai persentase kurang dari 20%. Obat tradisional yang ada, digunakan oleh Suku Osing secara turun temurun dan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Responden yang memberikan informasi dari hasil pengambilan Snowball Sampling pada usia yang bervariasi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Osing masih menjaga warisan leluhurnya dengan tetap menggunakan obat tradisional untuk pengobatan penyakit.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries060210193148;
dc.subjectTumbuhan Obat Secara Tradisionalen_US
dc.titleINVENTARISASI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT SECARA TRADISIONAL OLEH SUKU OSING BANYUWANGIen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record