dc.description.abstract | Guru matematika SMK PGRI 05 Jember menjelaskan keadaan siswa kelas XI
APK 1, dan diketahui bahwa 1) masih rendahnya nilai matematika di kelas XI APK
1, terbukti dari hasil wawancara di sekolah ini bahwa ketuntasan siswa secara klasikal
yang dicapai adalah 67%, padahal standar ketuntasan siswa klasikal 75% (data hasil
ulangan harian sebelumnya terlampir); 2) rendahnya aktivitas belajar siswa di kelas
XI APK 1, hal ini dapat terlihat saat pembelajaran berlangsung siswa – siswanya
hanya duduk manis dan mencatat apa yang tertulis di papan tulis saja; 3) siswasiswanya
terdiri dari berbagai tingkatan ekonomi yang berbeda; 4) rendahnya
kemampuan penalaran siswa, sehingga ketika ada masalah yang disajikan dalam
bentuk lain (tidak sesuai dengan contoh yang diberikan) siswa masih bingung
bagaimana menyelesaikannya, hal ini menyebabkan siswa yang aktivitas belajar dan
kemampuan penalarannya rendah kurang memahami materi yang disampaikan oleh
guru, sehingga hasil belajarnya rendah.
Berdasarkan uraian diatas, model TAI tampaknya dapat digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut. Ada beberapa alasan perlunya menggunakan model
pembelajaran TAI, agar aktivitas dan hasil belajar dapat ditingkatkan. Alasan tersebut
diantaranya, dapat meningkatkan partisipasi siswa, terutama pada kelompok kecil,
karena siswa yang pandai bertangung jawab terhadap siswa yang lemah. Dengan
demikian siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan
keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaikan
permasaahan yang dihadapi.
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka
didapatkan rumusan masalah yaitu bagaimana penerapan model pembelajaran
Cooperative Learning tipe TAI, bagaimana aktivitas siswa, dan bagaimana hasil
belajar siswa di kelas XI APK 1 SMK PGRI 05 Jember setelah mengikuti
pembelajaran Cooperative Learning tipe TAI pada sub pokok bahasan barisan dan
deret aritemetika. Dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
penerapan pembelajaran kooperatif tipe TAI, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa
setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TAI pada sub pokok bahasan barisan
dan deret aritmetika.
TAI singkatan dari Team Assisted Individualization. TAI termasuk dalam
pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam
kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen dan selanjutnya diikuti
dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI APK 1 SMK PGRI 05 Jember
Tahun Ajaran 2010 – 2011 yang berjumlah 42 siswa, dengan perbandingan jumlah
siswa, 7 siswa laki-laki dan 35 siswa perempuan. Alasan pemilihan kelas ini karena
mempunyai siswa dengan tingkat kemampuan yang heterogen atau bervariatif.
Tingkat kemampuan yang heterogen yang dimaksud adalah siswa yang mempunyai
tingkat kemampuan akademik tinggi, sedang dan rendah.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Hopkins
(dalam Iskandar, 2009 : 21), penelitian tindakan kelas (PTK) adalah kajian yang
sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok
guru dalam melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi
mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, dengan menggunakan model Hopkins yaitu
model skema yang menggunakan prosedur yang dipandang sebagai suatu siklus spiral
dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang kemudian diikuti siklus
spiral berikutnya (Tim Pelatihan Proyek PGSM, 1999:5 dalam Hobri, 2007:9).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode observasi, metode dokumentasi, metode tes, dan metode wawancara atau
interview. Sedangkan data yang dianalisis adalah penerapan pembelajaran TAI
(persentase aktivitas guru), aktivitas siswa (persentase), ketuntasan hasil belajar
(persentase
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TAI telah sesuai dengan langkahlangkah
pelaksanaan
pembelajaran
yaitu dimulai dari membuka pelajaran, kemudian
menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan langkah – langkah pembelajaran
TAI. Langkah selanjutnya adalah pembentukan kelompok kecil yang dibentuk oleh
guru, terdapat beberapa kendala yakni awal pembentukan kelompok, beberapa siswa
yang menolak pembentukan kelompok tersebut, dengan alasan bahwa anggota
kelompoknya bukan teman akrabnya. Namun masalah ini akhirnya dapat diatasi
dengan penjelasan guru mengenai tujuan pembentukan kelompok tersebut. Setelah
pembagian kelompok belajar, kemudian guru memberikan materi pembelajaran.
Penjelasan guru mengenai materi tersebut hanya berlangsung singkat dan
membutuhkan waktu ± 10 menit, Karena penjelasan guru mengenai materi pelajaran
hanya sebagai pengetahuan awal pada siswa saja. Diskusi antar kelompok yang
diawali dengan presentasi kelompok untuk menjelaskan penyelesaian permasalan
pada LKS. Kelompok yang mendapat tugas untuk mempresentasikan LKS di depan
kelas adalah kelompok yang sudah siap untuk mempresentasikan hasil diskusinya
didepan kelas jumlahnya 5 perwakilan kelompok sesuai dengan jumlah soal yang ada
di LKS. Selama proses pembelajaran kooperatif tipe TAI berlangsung aktivitas
pembelajaran lebih didominasi oleh siswa dan guru hanya menjadi fasilitator dalam
pembelajaran. Pelaksanaan post test dilaksanakan dua kali yakni post test 1 barisan
aritmetika dilaksanakan setelah pertemuan pembelajaran kedua (setelah selesai
pembelajaran mengenai materi barisan aritmetika) dan post test 2 deret aritmetika
dilaksanakan setelah pertemuan pembelajaran keempat (setelah selesai pembelajaran
mengenai materi deret aritmetika).
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization
(TAI) pada pembelajaran barisan dan deret aritmetika kelas XI APK 1 SMK PGRI 05
JEMBER tahun ajaran 2010 – 2011 telah berjalan sesuai rencana pada awal
penelitian, namun masih terdapat berbagai kekurangan yaitu jumlah observer kurang
memadai, tidak sesuai dengan jumlah indikator aktivitas siswa dan jumlah siswa yang
diobservasi, sehingga untuk proses observasi aktivitas belajar siswa kurang maksimal.
Hasil analisis data aktivitas belajar siswa yang berjumlah 6 indikator diperoleh bahwa
keaktifan siswa selama pembelajaran rata-rata sangat aktif, rata-rata keaktifan siswa
pada tiap siklus yaitu siklus I mencapai 77,98%, dan siklus 2 mencapai 82,8 %.
Berdasarkan analisa data pada hasil tes siswa siklus 1 dan siklus 2 dapat diketahui
bahwa dalam ketuntasan belajar siswa meningkat dari siklus 1 sebesar 66,67%
menjadi 85,7% pada siklus 2. | en_US |