dc.description.abstract | Salah satu masalah yang menjadi agenda pembangunan Indonesia adalah
masalah kependudukan. Menurut BPS (2010), laju pertumbuhan penduduk Indonesia
sebesar 1,49 persen per tahun. Salah satu upaya pemerintah untuk mengendalikan
jumlah penduduk yaitu dengan mencanangkan program KB. Memasuki era baru
program KB di Indonesia diperlukan adanya reorientasi dan reposisi program secara
menyeluruh dan terpadu. Prinsip pokok dalam mewujudkan keberhasilan program
KB dimaksud adalah peningkatan kualitas di segala bentuk serta kesetaraan dan
keadilan jender melalui pemberdayaan serta peningkatan partisipasi pria.
Menurut hasil SDKI tahun 2000/2003 dan SDKI 2007 menunjukkan bahwa
pemakaian kontrasepsi pria masih rendah dibanding pemakaian kontrasepsi
perempuan. Kepesertaan pria dalam pemakaian alat kontrasepsi MOP di Kabupaten
Jember masih rendah, namun untuk Kecamatan Jelbuk merupakan kecamatan yang
mempunyai akseptor KB Pria MOP tertinggi dibandingkan kecamatan lain dan selalu
mengalami peningkatan setiap tahun. Peningkatan jumlah akseptor KB Aktif MOP ini
tidak lepas dari peran berbagai pihak termasuk peran serta para kader KB yang ada di
desa yaitu PPKBD.
Posisi PPKBD dalam pengelolaan program KB Nasional sangat menentukan
terutama dalam mengahadapi perubahan Visi, Misi, dan Grand Strategi program KB
Nasional. PPKBD merupakan sasaran yang berpotensi untuk memberikan penyuluhan
dan bimbingan mengenai Keluarga Berencana kepada masyarakat, karena mereka
berasal dari masyarakat setempat di mana program Keluarga Berencana dilaksanakan.
Dari hal tersebut, melalui karya akademik ini, penulis mengangkat permasalahan
dengan judul: Peran Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) terhadap keberhasilan pencapaian akseptor KB Pria Metode Kontrasepsi Medis Operatif Pria
(MOP) (Studi Kualitatif di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember) dengan rumusan
masalah: bagaimana Peran Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD)
terhadap keberhasilan pencapaian akseptor KB Pria Metode Kontrasepsi Medis
Operatif Pria (MOP) di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember?
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologis, karena peneliti ingin meneliti mengenai makna pengalaman hidup
beberapa orang terkait fenomena atau konsep tertentu. Pengambilan data dilakukan
dengan melakukan wawancara mendalam tentang karakteristik responden (umur,
jenis kelamin, pendidikan terakhir dan lama bekerja sebagai PPKBD), pengetahuan,
sikap dan peran PPKBD, serta menggunakan observasi dan juga penggunaan
triangulasi sumber yaitu Tokoh Agama (TOGA) dan akseptor KB Pria MOP. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan diperoleh 6
informan. Teknik analisis data menggunakan metode thematic content analysis.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan diketahui
bahwa sebagian besar responden dalam menjawab pertanyaan tentang KB MOP
masih belum bisa menjawab mengenai mekanisme, fase persiapan, fase pelayanan,
serta fase pasca pelaksanaan, seluruh responden mempunyai sikap setuju terhadap
program KB, namun ada sebagian kecil responden yang tidak setuju mengenai
kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, dan peran PPKBD
sudah baik namun belum optimal karena masih ada kegiatan yang belum dilakukan
oleh PPKBD yaitu kegiatan pertemuan, kemitraan dengan Tokoh Agama dan Tokoh
Masyarakat, serta dalam hal kemandirian.
Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya PPKBD meningkatkan
kemitraan dengan Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat, meningkatkan pengetahuan
yang dimiliki mengenai program KB. Bagi BPPKB Kabupaten Jember hendaknya
menaikkan jumlah insentif serta memberikan pelatihan secara berkala kepada Kader
PPKBD sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat
mendukung kesuksesan program KB di Kabupaten Jember. | en_US |