dc.description.abstract | Pratylenchus coffeae merupakan nematoda parasit tanaman kopi dan
diketahui menyerang tanaman kopi di hampir semua propinsi produsen kopi di
Indonesia. Dari keadaan tersebut diperlukan suatu cara untuk mengendalikan
populasi nematoda yang lebih efektif dan lebih akrab dengan lingkungan. Misalnya
dengan menggunakan nematisida nabati. Berbagai jenis tanaman diketahui
mengandung senyawa toksik terhadap nematoda. Salah satunya adalah biji sirsak
yang mengandung senyawa anonain yang bersifat nematisida (Supramana, 1995).
Dalam upaya pengendalian nematoda tersebut, dilakukan penelitian tentang uji
aktivitas nematisida ekstrak air biji sirsak (Annona muricata L.) terhadap nematoda
Pratylenchus coffeae pada akar tanaman kopi arabika (Coffea arabica L.).
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 7 macam
perlakuan untuk uji in vivo yaitu kontrol, perlakuan ekstrak air biji sirsak dengan
konsentrasi 1,25 ml/25 ml; 2,5 ml/25 ml; 5 ml/25 ml; 10 ml/25 ml. Sedangkan untuk
uji in vitro menggunakan 5 macam perlakuan yaitu kontrol aquades dan 4 macam
perlakuan dengan konsentrasi masing-masing 0,032 ml/10ml; 0,063 ml/10ml; 0,125
ml/10ml dan 0,25ml/10ml. Hasil perolehan data dianalisis dengan analisis statistik
ANOVA dari program SPSS for window. Untuk mengetahui besarnya perbedaan tiap
perlakuan dilakukan uji BNT.
Pada uji in vitro, hasil penelitian menunjukkan bahwa mortalitas nematoda P.
coffeae meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak air biji sirsak.
Mortalitas nematoda mencapai 90% terpapar pada konsentrasi 2,5 ml/10ml.
Uji pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui toksisitas ekstrak air biji
sirsak terhadap perkecambahan kacang hijau sebagai tanaman indikator, hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak air biji sirsak tidak menghambat perkecambahan kacang
hijau. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak air biji sirsak tidak bersifat fitotoksik.
Sampai hari kesepuluh pada konsentrasi 1,25 ml/25ml kacang hijau yang mampu
berkecambah sebesar 95%, konsentrasi 2,5 ml/25ml dan konsentrasi 5 ml/25ml
perkecambahan mencapai 98% dan 88%, sedangkan untuk konsentrasi ekstrak biji
sirsak tertinggi yaitu 10 ml/25ml sampai hari kesepuluh mencapai 95%.
Sedangkan untuk uji in vivo, bertujuan untuk mengamati jumlah populasi
akhir nematoda P.coffeae dan pertumbuhan tanaman yang meliputi tinggi tanaman,
jumlah daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk, dan skor
kerusakan akar. Tinggi tanaman sampai minggu keempat tidak dipengaruhi oleh
aplikasi ekstrak air biji sirsak. Jumlah daun juga tidak dipengaruhi oleh aplikasi
ekstrak air biji sirsak maupun inokulasi nematoda. Karena kerusakan daun baru
terlihat hingga tanaman mencapai 4 sampai 6 bulan.
Pengamatan terhadap berat basah tajuk dan berat akar menunjukkan bahwa
berat basah tajuk tidak dipengaruhi oleh inokulasi nematoda dan pemaparan ekstrak
air biji sirsak. Namun ada kecenderungan bahwa kontrol K2 tanpa nematoda
memiliki berat basah tajuk yang paling tinggi. Begitu pula untuk berat basah akar,
yang tidak dipengaruhi oleh inokulasi nematoda dan pemaparan ekstrak air biji
sirsak. Hal ini juga terjadi pada pengukuran berat kering tajuk, dimana inokulasi
nematoda P. coffeae dan pemaparan ekstrak air biji sirsak tidak berpengaruh
terhadap berat kering tajuk.
Hasil pengukuran skor kerusakan akar menunjukkan bahwa untuk perlakuan
yang diaplikasikan ekstrak air biji sirsak, mempunyai nilai P > 0,05 jika
dibandingkan dengan kontrol dengan inokulasi nematoda (K1) dan berbeda nyata
menurut uji BNT. Sedangkan untuk jumlah populasi akhir nematoda, terjadi
penurunan jumlah nematoda P. coffeae seiring dengan meningkatnya konsentrasi
ekstrak air biji sirsak. Penurunan sampai 100% terjai pada konsentrasi tertinggi yaitu
10 ml/25ml | en_US |