dc.description.abstract | Tanaman binahong berasal dari dataran Cina dengan nama asalnya adalah
Dheng shan chi. Di Indonesia tanaman ini belum banyak dikenal, sedangkan di
Vietnam tanaman ini merupakan suatu makanan wajib bagi masyarakat di sana.
Binahong tumbuh menjalar dan panjangnya dapat mencapai 5 meter, berbatang lunak
berbentuk silindris dan pada ketiak daun terdapat seperti umbi yang bertekstur kasar.
Daunnya tunggal dan mempunyai tangkai pendek, bersusun berselang-seling dan
berbentuk jantung. Panjang daun antara 5-10 cm dan mempunyai lebar antara 3-7 cm.
Seluruh bagian tanaman binahong dapat dimanfaatkan, mulai dari akar, batang, daun,
umbi dan bunganya. Daun binahong (Andredera cordifolia (Ten.) Steenis) banyak
dimanfaatkan untuk mengeringkan luka pascaoperasi selain itu mampu
membunuh/menghambat pertumbuhan mikroba (Muhammad, Anonim).
Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) mempunyai zat aktif yang
disebut saponin triterpenoid, flavonoid, dan minyak atsiri (Rachmawati, 2008).
Golongan triterpenoid dalam tanaman binahong merupakan senyawa terpenoid yang
merupakan hasil metabolit sekunder tumbuhan. Terpenoid tumbuhan mempunyai
manfaat penting sebagai obat tradisional, anti bakteri, anti jamur dan gangguan
kesehatan (Thomson, 2004). Flavanoid merupakan golongan terbesar dari senyawa
fenol, senyawa fenol mempunyai sifat efektif menghambat pertumbuhan virus,
bakteri dan jamur (Nurachman dalam Anonim, 2011).
Penelitian efektivitas ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore)
Steen) dalam menghambat pertumbuhan jamur Fusarium Oxysporum dilakukan
secara in vitro dengan metode difusi yaitu metode lubang atau sumuran. Pengujian
pengaruh senyawa antijamur dengan metode sumuran yang diisi serial konsentrasi ekstrak daun binahong yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi
hambat minimum terhadap pertumbuhan Fusarium oxysporum. Konsentrasi ekstrak
yang digunakan 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100%.
Ekstrak daun binahong akan berdifusi ke dalam medium PDA di sekeliling sumuran.
Hasil penelitian yang telah menunjukkan bahwa ekstrak daun binahong tidak dapat
menghambat pertumbuhan Fusarium oxysporum yang dikatakan sebagai konsentrasi
hambat minimum (KHM) (Tabel 4.4). Zona hambatan yang tidak terbentuk pada
masing-masing yang memiliki konsentrasi berbeda.
Ekstrak daun binahong tidak mampu menghambat pertumbuhan jamur
Fusarium oxysporum karena senyawa aktif yang bersifat antifungi maupun
antimikroba hanya terdapat sedikit di dalamnya. Zat antimikroba yang terdapat pada
ekstrak daun binahong adalah saponin. Hasil uji KLT menunjukkan bahwa ekstrak
daun binahong mengandung saponin yang jumlahnya sedikit sehingga tidak dapat
menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum. Jamur Fusarium oxysporum
adalah jamur yang mampu bertahan hidup dalam waktu yang lama dalam bentuk
klamidospora, daya untuk bertahan hidup ini disebut viabilitas. Jamur ini mudah
didisolasi dan dapat tumbuh tanpa O2, toleran terhadap konsentrasi CO2. Fusarium
oxysporum suhu optimum untuk tumbuhnya adalah 27-28°C. Pada suhu kurang dari
16°C dan lebih dari 34°C gejala penyakit lebih hebat (Kranz et al, 1997).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak daun binahong tidak memiliki
daya hambat terhadap pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum, hal ini dikarenakan
jumlah kandungan saponinnya tidak terlalu besar. | en_US |