Show simple item record

dc.contributor.authorMegandhi Gusti Wardhana
dc.date.accessioned2014-01-21T16:26:17Z
dc.date.available2014-01-21T16:26:17Z
dc.date.issued2014-01-21
dc.identifier.nimNIM041510401078
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/20062
dc.description.abstractInsiden penyakit virus pada tanaman kedelai merupakan salah satu faktor pembatas upaya peningkatan produksi kedelai. Varietas kedelai unggul dengan produksi tinggi yang telah dihasilkan melalui pemuliaan varietas, baru sedikit yang dilaporkan memiliki ketahanan terhadap penyakit virus. Pengembangan genotipe kedelai dengan sifat produksi tinggi dan tahan terhadap penyakit tertentu, sangat diperlukan. Genotipe kedelai UNEJ-1 dan UNEJ-2 yang dihasilkan melalui perakitan varietas, memiliki keunggulan selain produksinya tinggi dengan ukuran biji besar juga agak tahan penyakit karat daun kedelai. Respon dua genotipe tersebut terhadap infeksi virus kedelai masih perlu dievaluasi. Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui respon ketahanan dua genotipe tersebut terhadap virus kedelai, melalui deteksi gejala dan tingkat keparahan penyakit virus pada lahan pertanaman kedelai. Genotipe kedelai yang diuji UNEJ-1 dan UNEJ-2, dengan varietas Burangrang (produksi tinggi, ukuran biji besar, agak tahan karat daun kedelai) dan lokon (rentan terhadap virus) sebagai pembanding, di tanam di lahan sawah pada petak percobaan ukuran 7,3 m x 6,4 m (46,72m 2 ) berisi 680 tanaman per petak dengan tiga ulangan untuk setiap genotipe/varietas. Pada setiap petak percobaan ditentukan lima petak contoh secara acak diagonal, dengan 10 tanaman per petak. Insiden penyakit virus pada setiap genotipe, dideteksi melalui gejala yang muncul pada tanaman dari penularan secara alami. Pengamatan gejala dilakukan setiap hari sampai muncul gejala yang paling awal. Gejala dikelompokkan berdasarkan tipe gejala dari delapan jenis virus yang diketahui menyerang kedelai, mengacu panduan petunjuk bergambar dari Puslitbangtan tahun 1990. Saat paling awal gejala muncul, persentase tanaman terinfeksi, dan tingkat keparahan penyakit diamati pada setiap genotipe/varietas. Untuk memastikan bahwa gejala yang muncul pada tanaman di lapangan benar-benar disebabkan oleh infeksi virus, dilakukan uji penularan virus melalui inokulasi buatan di rumah kaca. Penularan dilakukan secara mekanis melalui infeksi cairan tanaman sakit. Persentase tanaman terinfeksi (insiden penyakit) dan tingkat keparahan penyakit diamati satu minggu sekali mulai munculnya gejala paling awal sampai tanaman umur 4 minggu setelah tanam (mst). Tingkat keparahan penyakit ditentukan dengan menghitung intensitas penyakit berdasarkan nilai katagori dengan skala 0-4, menggunakan rumus: IP = [∑ (n x v )]/(Z x N) x 100%. Laju infeksi dihitung untuk penyakit yang bersifat polisiklik dengan rumus X = X i . Percobaan disusun menggunakan rancangan acak kelompok Sub sampling, dan data dianalisis dengan uji jarak berganda Duncan 5 %. Pengamatan dilakukan pula terhadap populasi kutu daun Aphididae yang berperan sebagai vektor virus kedelai. Spesies Aphis yang ditemukan diidentifikasi dan populasi ditentukan dari jumlah imago Aphis tidak bersayap pada dua daun muda per tanaman contoh saat tanaman umur dua minggu. Pada semua genotipe/varietas kedelai yang diuji ditemukan tanaman yang menunjukkan gejala mirip gejala infeksi virus. Gejala berupa klorotik berwarna hijau muda sampai kuning dan mosaik pada daun, permukaan daun tidak rata atau tampak terjadi lepuh-lepuh hijau tua. Pada semua tanaman uji hanya dijumpai satu tipe gejala yang diperkirakan akibat infeksi satu jenis virus. Saat awal munculnya gejala pada semua genotipe/varietas yang diuji terjadi bersamaan pada tanaman umur 2 mst. Penularan secara mekanis di rumah kaca, membuktikan bahwa penyebab gejala dapat ditularkan ke semua genotipe/varietas yang diuji, sehingga dapat dipastikan bahwa penyebab gejala adalah virus bukan faktor abiotik. Gejala yang dihasilkan melalui penularan tersebut mosaik sama dengan gejala yang ditemukan di lapangan. Dibandingkan dengan gejala dari delapan jenis virus yang diketahui menyerang kedelai, gejala tersebut menyerupai gejala infeksi Soybean mosaic virus (SMV). Penularan virus kedelai dapat terjadi secara mekanis, melalui serangga vektor, dan kebanyakan virus ditularkan oleh Aphis glycines Matsumura dan 0 e rt A. craccivora Koch. Pada tanaman uji di lapangan ditemukan satu spesies Aphis yaitu A. glycines yang merupakan vektor SMV. Populasi Aphis tidak bersayap pada tanaman umur 2 mst rata-rata 6,3-9,6 ekor/dua daun. Peningkatan insiden penyakit pada tanaman umur 3 mst dapat terjadi karena aktivitas A. glycines sebagai vektor. Berdasarkan kemiripan gejala infeksi virus pada tanaman uji dengan gejala SMV pada kedelai, virus dapat ditularkan secara mekanis, dan keberadaan A. glycines pada petak percobaan yang diperkirakan berperan menularkan virus, maka virus yang menginfeksi genotipe/varietas kedelai yang diuji diduga SMV. Insiden dan intensitas penyakit virus pada UNEJ-1 dan UNEJ-2 lebih rendah dari Lokon yang rentan terhadap virus kedelai, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata. Laju infeksi penyakit pada UNEJ-1 tidak berbeda dengan Lokon, sedangkan UNEJ-2 lebih rendah dari Lokon. Maka berdasarkan insiden, intensitas, dan laju infeksi penyakit, genotipe UNEJ-1 dan UNEJ-2 masing-masing dikatagorikan agak rentan dan agak tahan terhadap infeksi virus yang diduga SMV. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk identifikasi virus secara lebih rinci melalui uji serologi atau sifat fisik virus, dan pengujian respon UNEJ-1 dan UNEJ-2 terhadap virus kedelai yang lain melalui inokulasi buatan di rumah kaca.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries041510401078;
dc.subjectDeteksi Gejala Penyakit Virus dan Keparahan Penyakit pada Genotipe Kedelaien_US
dc.titleDETEKSI GEJALA PENYAKIT VIRUS DAN KEPARAHAN PENYAKIT PADA GENOTIPE KEDELAI PRODUKSI TINGGI, BERUKURAN BIJI BESAR, DAN TAHAN KARAT DAUN KEDELAI (UNEJ-1 DAN UNEJ-2)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record