Show simple item record

dc.contributor.authorAnggraini, Ria
dc.date.accessioned2014-01-21T06:50:32Z
dc.date.available2014-01-21T06:50:32Z
dc.date.issued2014-01-21
dc.identifier.nimNIM082110101095
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/19906
dc.description.abstractAngka kejadian dan kematian akibat kanker leher rahim semakin meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia maupun di dunia. Salah satu faktor risiko kanker leher rahim yaitu douching, dimana douching ini telah menjadi tren dan kebiasaan dalam masyarakat luas. Douching dapat menyebarkan infeksi vaginal atau servikal yang sudah terjadi ke arah atas menuju organ-organ panggul (rahim, tuba fallopii, dan ovarium). Untuk itu, peneliti menganalisis lebih lanjut mengenai hubungan antara douching dengan kanker leher rahim. Hal tersebut diperlukan agar dapat dilakukan tindakan pencegahan dengan menurunkan tingkat risiko pada orang yang rentan menderita kanker leher rahim, sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kejadian kanker leher rahim. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan vaginal douching dengan kejadian kanker leher rahim di Poli Kandungan dan Kebidanan RSD dr. Soebandi Jember. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dan bertempat di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 85 responden, diambil dengan menggunakan teknik systematic random sampling. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji Chi-square dengan taraf signifikansi < α (0,05) dan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mengalami kejadian kanker leher rahim (75,3%), melakukan hubungan seks pertama kali pada usia ≤ 20 tahun (63,5%) dan tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral (63,5%). Mayoritas responden tidak pernah melakukan deteksi dini (83,5%) dan sebagian besar tidak pernah mengalami riwayat penyakit kelamin (60,0%). Sedangkan pada variabel douching, sebagian besar responden pernah melakukan douching (62,4%) dan paling banyak melakukan jenis douching secara eksternal (47,1%), menggunakan bahan buatan (51,8%), frekuensi douching dilakukan secara kadang-kadang (35,3%) serta lama waktu douching >3tahun (42,4%). Berdasarkan hasil analisis bivariabel didapatkan hubungan yang signifikan antara douching, jenis douching, frekuensi douching dan lama waktu douching dengan kejadian kanker leher rahim. Sementara itu, pada variabel luar terdapat hubungan yang signifikan antara usia pertama kali melakukan hubungan seksual, pemakaian kontrasepsi oral dan riwayat penyakit kelamin dengan kejadian kanker leher rahim. Pada analisis multivariabel menunjukkan bahwa internal douching dan usia pertama kali melakukan hubungan seksual memiliki hubungan baik secara statistik maupun secara praktis dengan kejadian kanker leher rahim. Dengan demikian secara singkat dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kanker leher rahim dengan douching, jenis douching, frekuesi douching, lama douching, usia pertama kali melakukan hubungan seksual, pemakaian kotrasepsi oral dan riwayat penyakit kelamin. Selain itu risiko kejadian kanker leher rahim lebih besar terjadi pada wanita yang melakukan internal douching dengan usia pertama kali melakukan hubungan seksual <20 tahun. Untuk itu, berdasarkan hasil penelitian ini,seorang wanita sebaiknya menghindari douching secara internal dan penggunaan bahan douching seperti sabun secara sering dan perlunya penambahan mata pelajaran kesehatan reproduksi bagi siswa sekolah menengah atas.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries082110101095;
dc.subjectvaginal douching, cervical canceren_US
dc.titleHUBUNGAN VAGINAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM DI RSD dr. SOEBANDI KABUPATEN JEMBERen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record