dc.description.abstract | Kopi (Coffea spp. L.) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang
strategis. Produksi kopi Robusta yang dikelola masyarakat umum atau perkebunan
rakyat di Jember dalam setahun mencapai 1.798,695 ton. Kopi perkebunan rakyat
tersebut tersebar di beberapa kecamatan, terutama di Kalisat dan Silo. Desa
Sidomulyo merupakan salah satu desa di Kecamatan Silo yang memproduksi
komoditi kopi Robusta. Adanya kondisi harga jual kopi yang saat ini dirasakan
tidak stabil oleh para petani menyebabkan mereka resah dalam menjalankan
usahataninya tersebut, sehingga petani kopi rakyat di Desa Sidomulyo tersebut
perlu memperhitungkan mengenai masalah biaya dan keuntungan yang
diperolehnya. Peningkatan keuntungan dapat dilakukan dengan adanya nilai
tambah pada produk olahan kopi baik dengan metode olah basah dan olah kering.
Oleh karena itu, petani memerlukan sebuah acuan untuk memilih metode
pengolahan yang memiliki nilai tambah terbesar dan efisiensi penggunaan biaya
produksi yang kemudian dapat dirumuskan rekomendasi kebijakan pengembangan
produk olahan kopi tersebut.
Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui nilai tambah pengolahan
kopi di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember, (2) untuk
mengetahui efisiensi penggunaan biaya produksi pengolahan kopi di Desa
Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember, (3) untuk mengetahui
pengembangan produk olahan kopi di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo
Kabupaten Jember. Penentuan daerah penelitian menggunakan pusposive method.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode analitis.
Metode pengambilan sampel yang digunakan untuk petani adalah multi stage
sampling, pengambilan sampel untuk agroindustri adalah pusposive method, dan
pengambilan responden pengembangan produk olahan kopi menggunakan
responden yang berhubungan dengan pengembangan produk olahan kopi, khususnya di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Analisis data
yang digunakan adalah analisis nilai tambah, analisis R/C ratio, dan Force Field
Analysis.
Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) Nilai tambah pada pengolahan
kopi gelondong menjadi kopi HS sebesar Rp 974,71, sedangkan pada pengolahan
kopi gelondong menjadi kopi ose sebesar Rp 529,11. Nilai tambah pada
pengolahan kopi HS menjadi kopi bubuk sebesar Rp 22.397,31, sedangkan pada
pengolahan kopi ose menjadi kopi bubuk sebesar Rp 9.466,71, (2) Nilai R/C ratio
pada pengolahan kopi gelondong menjadi kopi HS sebesar 1,19, sedangkan pada
pengolahan kopi gelondong menjadi kopi ose sebesar 1,06. Nilai R/C ratio pada
pengolahan kopi HS menjadi kopi bubuk sebesar 1,67, sedangkan pada
pengolahan kopi ose menjadi kopi bubuk 1,31. Nilai R/C ratio pada berbagai
tahapan pengolahan kopi adalah efisien, (3) Faktor pendorong tertinggi adalah
motivasi petani yang tinggi dengan nilai faktor urgensi sebesar 1,74, sedangkan
faktor penghambat tertinggi adalah bahan baku yang diolah terbatas dengan nilai
faktor urgensi sebesar 1,42. Rekomendasi yang sebaiknya diterapkan untuk
mendukung faktor pendorong adalah melakukan penyuluhan secara
berkesinambungan, sedangkan rekomendasi sebagai solusi faktor penghambat
adalah menjalin kerja sama dengan petani olah basah yang belum melakukan olah
basah untuk melakukan olah basah guna menjaga ketersediaan kopi olah basah
dan menambah modal bagi unit usaha produksi pada koperasi. | en_US |