dc.description.abstract | Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa
yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa
dewasa (Rumini dan Sundari, 2004). Oleh karena itu masa remaja merupakan
masa yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Fase remaja merupakan
periode tumpang tindih, karena mencakup tahun–tahun akhir masa anak–anak dan
tahun–tahun awal pada masa remaja. Pada remaja terjadi beberapa perkembangan,
menurut Rumini dan Sundari (2004), yaitu perkembangan fisik, sosialisasi,
perkembangan kognitif.
Pada masa remaja akan mengalami berbagai macam kejadian yang
merupakan faktor stres atau bisa disebut stressor psikososial yang dapat
menimbulkan gangguan mental dan perilaku, seperti depresi (WHO, 2001). Para
ahli mengatakan bahwa stressor psikososial berperan penting pada depresi,
walaupun ada sebagian juga berpendapat bahwa stressor psikososial hanya
berperan sedikit terhadap timbulnya serangan pertama depresi (Kaplan, 2007).
Pada depresi terlihat beberapa macam gambaran klinis. Secara umum gambaran
klinis depresi meliputi perasaan sedih, susah, rasa tidak berguna, gagal,
kehilangan, tidak ada harapan, putus asa, penyesalan yang berlebihan, dan kadang
disertai dengan gangguan tidur, anoreksia, atau berkurangnya semangat kerja dan
bergaul (Maramis, 2009). Beberapa contoh stressor psikososial yang berperan
dalam etiologi dan jumlah depresi pada remaja antara lain adalah status sosial
ekonomi keluarga, konflik dengan teman sebaya, dan nilai akademik yang rendah
di sekolah.
Depresi merupakan suatu kondisi yang perlu mendapat perhatian, dimana
lebih dari 40% negara di dunia tidak mempunyai undang–undang mengenai
kesehatan jiwa di masyarakat dan 30% negara di dunia tidak mempunyai program
mengenai kesehatan jiwa. Perhatian pemerintah mengenai kesehatan jiwa itu
sendiri masih sangat rendah dan sekitar 25% negara di dunia tidak mempunyai
obat–obatan dasar untuk menangani gangguan mental perilaku, seperti depresi.
Di SMA Negeri 1 Jember, seluruh siswanya merupakan fase remaja, yang
tentunya pada fase ini terjadi peralihan dari anak – anak ke dewasa. Fase peralihan
viii
ini berperan sangat penting terhadap kemungkinan timbulnya stressor psikososial
yang akan dialami oleh para siswa tersebut.
SMA Negeri 1 Jember merupakan salah satu SMA Negeri yang terletak di
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Dari hasil Ujian Akhir Nasional
(UAN) tahun 2009/2010 SMA Negeri 1 Jember memperoleh peringkat 1 dari 18
SMA negeri di seluruh Kabupaten Jember untuk program IPA dan juga mendapat
peringkat 1 dari 18 SMA Negeri untuk program IPS.
Berdasarkan data – data diatas, penelitian ini disusun untuk mengetahui
gambaran tingkat faktor stres psikososial dan jumlah depresi yang dialami Siswa
di SMA Negeri 1 Jember sebagai SMA Negeri terbaik di Kabupaten Jember,
sehingga persaingan antar siswa semakin ketat dan akan berlomba – lomba
menjadi yang terbaik. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan sejumlah
siswa akan terkena depresi dan faktor stres yang berat.
Rancangan penelitian ini adalah dengan cara penelitian deskriptif melalui
pendekatan deskriptif kuantitatif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan
secara objektif dimana akan dilakukan data kuantitatif dan statistik objektif
melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang
diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan
frekuensi dan persentase tanggapan mereka.
Dari hasil penelitian didapatkan siswa SMA Negeri 1 Jember sebanyak 81
orang (31%) beresiko rendah terjadi gangguan stress, sebanyak 96 orang (37%)
beresiko sedang atau kemungkinan 50% mengalami sakit, dan sebanyak 83 orang
(32%) beresiko tinggi atau kemungkinan 80% mengalami sakit. Sedangkan untuk
jumlah depresi pada siswa SMA Negeri 1 Jember didapatkan yang tidak
mengalami depresi sebanyak 50 orang (19%) dan responden yang mengalami
depresi dijabarkan sebagai berikut, responden yang mengalami depresi ringan
sebanyak 99 orang (38%), responden yang mengalami depresi sedang sebanyak
88 orang (34%), dan responden yang mengalami depresi berat sebanyak 23 orang
(19%). | en_US |