dc.description.abstract | Beras merupakan makanan utama sebagian besar penduduk Indonesia.
Pertumbuhan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan kebutuhan beras.
Produksi beras lokal belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri akibat
keberadaan organisme pengganggu tanaman, antara lain hama, penyakit dan
gulma. Gulma merupakan organisme penganggu tanaman yang menimbulkan
persaingan dalam mendapatkan satu atau lebih komponen pertumbuhan.
Kehilangan hasil padi karena persaingan dengan gulma mencapai 10-15%,
sehingga kehadiran gulma perlu dikendalikan untuk menekan terjadinya
kehilangan hasil akibat keberadaan gulma. Pengendalian gulma oleh petani
dilakukan secara manual. Pengendalian secara manual dianggap kurang efektif
karena membutuhkan biaya lebih untuk tenaga penyiang dan semakin
berkurangnya tenaga kerja penyiang , sehingga petani mulai beralih menggunakan
herbisida yang dianggap lebih ekonomis dan efektif.
Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 26 Januari sampai dengan 4 Mei
2006 di Desa Jember Lor, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember. Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan menggunakan 8
perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Adapun
perlakuannya sebagai berikut: P0 = Tanpa penyiangan; P1 = Dengan penyiangan
satu kali; P2 = Herbisida 2,4 D-Dimetil amina dosis 1 l/ha; P3 = Herbisida 2,4 DDimetil
amina
dosis 1,5 l/ha; P4 = Herbisida 3-(4,6-dimetoksi-1,3,5-triazin-2-yl)1-[2-(2-metoksietoksi)-fenilsulfonil]-urea
dosis 45 g/ha; P5 = Herbisida 3-(4,6dimetoksi-1,3,5-triazin-2-yl)-1-[2-(2-metoksietoksi)-fenilsulfonil]-urea
dosis 50
g/ha; P6 = Herbisida Metsulfuron metil dengan dosis 15 g/ha; P7 = Herbisida
Metsulfuron metil dosis 20 g/ha. Data hasil pengamatan yang diperoleh dilakukan
pengujian Anova dan kemudian dilanjutkan dengan Uji Duncan taraf 5%.
iv
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penyemprotan herbisida
2,4 D-Dimetil amina dosis 1,5 l/ha dan Metsulfuron metil dosis 20 g/ha efektif
mengendalikan gulma sampai pada 4 MSA. Gejala keracunan gulma dimulai
dengan menguningnya daun muda kemudian diikuti daun tua, selanjutnya terjadi
kelayuan dan pembusukan kemudian mengering dengan warna batang menjadi
coklat kehitaman. Perlakuan penyiangan nyata dapat menurunkan berat kering
gulma sampai dengan pengamatan 4 MSA. Tanaman tidak menderita keracunan
akibat penyiangan dengan herbisida. Pengamatan komponen hasil tanaman padi
menunjukkan bahwa persentase biji kosong berbeda nyata antara perlakuan tanpa
penyiangan dengan perlakuan penyiangan secara manual dan perlakuan aplikasi
herbisida yang diberikan. Sedangkan, pengamatan hasil tanaman padi pada berat
Gabah Kering Jemur (GKJ) tidak berbeda nyata antara perlakuan tanpa
penyiangan dengan penyiangan secara manual dan perlakuan aplikasi herbisida. | en_US |