Show simple item record

dc.contributor.authorPutri Framitasari
dc.date.accessioned2014-01-19T13:38:55Z
dc.date.available2014-01-19T13:38:55Z
dc.date.issued2014-01-19
dc.identifier.nimNIM061710101119
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/17538
dc.description.abstractIndonesia memiliki luas areal perkebunan kopi yang berada pada peringkat keempat di dunia, sebagian besar berupa kopi robusta seluas 1,30 juta ha dan kopi arabika mencapai 177.100 ha dengan total produksi 682.158 ton. Besarnya produksi kopi di Indonesia khususnya di Jember, banyak menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan. Limbah kopi tersebut biasanya langsung dialirkan ke lahan pertanian atau di saluran-saluran pembuangan air oleh para petani kopi. Volume limbah cair yang cukup besar ini mengandung nilai kebutuhan oksigen kimiawi (COD) yang cukup tinggi dan kompleks pigmen cokelat yang menyerupai melanoidin dan menjadi penghambat dalam proses penanganan limbah cair hingga dihasilkan mutu efluen yang memenuhi baku mutu. Beberapa bahan kimia telah ditemukan dalam usaha perbaikan kualitas pengolahan limbah cair terutama limbah yang kadar pigmenya tinggi. Salah satu bahan polielektrolit yang dikenal dipasaran dalam pengolahan limbah cair adalah polialuminium klorida (PAC) dan aluminium sulfat (tawas). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas kemampuan polialumunium klorida dan tawas sebagai kaogulan-flokulan terutama dalam menurunkan nilai absorbansi, TSS, dan COD, serta nilai pH akhir limbah cair kopi . Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan diskriptif dengan dengan 3 faktor yaitu faktor A sebagai jenis koagulan (PAC dan tawas), faktor B sebagai dosis koagulan (2,5 g/ L; 5 g/ L dan 7,5 g/ L) dan faktor C sebagai pH sampel (5, 6 dan 7). Dari kombinasi ketiga jenis faktor tersebut didapatkan 18 perlakuan yang berbeda. Dan dalam penelitian ini dilakukan 3 kali pengulangan untuk tiap-tiap sampel. Penggunaan NaOH untuk pengaturan pH limbah sebelum diberi perlakuan. pengadukan dilakukan pada kecepatan 120 rpm selama 1 menit untuk pengadukan cepat dan kecepatan 45 rpm selama 15 menit untuk pengadukan lambat. Parameter yang diamati adalah persentase penurunan nilai absorbansi, TSS, dan COD. Hasil analisa data yang didapat diolah secara deskriptif, kemudian diinterprestasikan sesuai dengan parameter yang diamati. Dari hasil pengamatan proses koagulasi flokulasi menunjukkan bahwa jenis koagulan PAC jauh lebih efektif bila dibandingkan dengan penggunaan koagulan tawas, akan tetapi secara ekonomi penggunaan tawas lebih murah bila dibandingkan PAC. Selain itu memerlukan waktu cukup lama untukmengendapkan kotoran dalam limbh cair. Dosis dan pH optimum yang dapat diberikan untuk proses pengolahan limbah cair kopi dengan penggunaan PAC adalah 5 gr/ L pada pH 7, dihasilkan nilai pH akhir limbah 6,39. Penurunan persentase absorbansi 81,705%, untuk penurunan persentase TSS dan COD adalah 68,47% dan 82,99%. Sedangkan untuk penggunaan tawas dengan dosis 7,5 gr/ L pada pH 6 dihasilkan nilai pH akhir limbah 5,64, penurunan persentase absorbansi 70,48%, untuk penurunan persentase TSS dan COD adalah 43,88% dan 80,68%. Penggunaan koagulan harus berdasarkan dosis dan pH yang dibutuhkan sesuai dengan karakteristik jenis koagulan dan limbah, bila berlebihan dalam penggunaannya maka limbah yang dihasilkan akan semakin keruh dan semakin asamen_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries061710101119;
dc.subjectKualitas Penanganan Limbah Cair Proses Kopi Semi Basahen_US
dc.titleSTUDI PERBANDINGAN KUALITAS PENANGANAN LIMBAH CAIR PROSES KOPI SEMI BASAH DENGAN PENAMBAHAN POLIALUMINIUM KLORIDA DAN ALUMINIUM SULFATen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record