dc.description.abstract | Peningkatan jumlah lansia dari tahun ke tahun terjadi di Indonesia dan di dunia.
Salah satu hal serius untuk diperhatikan dalam peningkatan jumlah lansia ini adalah
kualitas hidup lansia. Hal ini penting mengingat salah satu indikator keberhasilan
dalam upaya pembangunan adalah hasil pengukuran kualitas hidup, disamping
penilaian dari sisi ekonomi dan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
apakah ada perbedaan kualitas hidup pada lansia di Kecamatan Sumbersari
berdasarkan karakteristik demografi, sosial ekonomi, status kesehatan dan partisipasi
sosial.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dan berlokasi di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 211 responden, diambil dengan menggunakan teknik multistage random sampling. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari assesment WHOQOL-BREF oleh WHOQOL Group dengan 26 butir pertanyaan. Data dianalisis menggunakan uji Chi-square, Mann Whitney dan Kruskal Wallis dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir separuh responden yang ditemui
merasa memiliki kualitas hidup baik (45,5%), disusul berturut-turut dengan kualitas
hidup yang biasa-biasa saja (25,6%), buruk (22,3%), sangat baik (4,7%) dan paling
sedikit sangat buruk (1,9%). Selanjutnya, diketahui bahwa domain yang memiliki
nilai paling tinggi dalam kualitas hidup lansia di Kecamatan Sumbersari Kabupaten
Jember adalah domain psikologis dengan nilai rata-rata 64,16. Sedangkan domain
yang memiliki nilai terendah, sekaligus sebagai domain yang paling perlu
ditingkatkan adalah domain fisik dengan nilai rata-rata 52,92. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup lansia berdasarkan suku,
kepesertaan posyandu lansia dan keberadaan penyakit kronis. Selanjutnya, pada
perbedaan umur dan keberadaan penyakit kronis perbedaan signifikan hanya
ditemukan pada domain psikologis saja. Pada karakteristik jenis kelamin dan
pendapatan, sama sekali tidak didapatkan perbedaan signifikan pada domain fisik,
psikologis, sosial dan lingkungan. Pada variasi suku ditemukan perbedaan signifikan
pada keempat domain, sementara pada kepesertaan posyandu perbedaan signifikan
didapatkan pada 3 domain yaitu fisik, sosial dan lingkungan. Sedangkan pada status
pernikahan perbedaan signifikan ditemukan pada domain fisik dan sosial. Terakhir,
pada pekerjaan, perbedaan domain hanya ditemukan pada domain lingkungan saja.
Dengan demikian secara singkat dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
signifikan kualitas hidup lansia berdasarkan suku, kepesertaan posyandu lansia dan
keberadaan penyakit kronis. Selain itu juga terdapat perbedaan pada satu, dua atau
lebih domain pada variabel umur, suku, kepesertaan posyandu lansia, status
pernikahan, pekerjaan dan keberadaan penyakit kronis. Upaya promosi kesehatan
dengan posyandu lansia, melalui pemahaman dan kesadaran masyarakat perlu
ditingkatkan agar kualitas hidup lansia semakin optimal. Selain itu, kerjasama dengan
Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat demi mewujudkan pendidikan yang
berkualitas dan kemapanan ekonomi sejak dini juga perlu ditingkatkan. | en_US |