Show simple item record

dc.contributor.authorKUSBANDONO
dc.date.accessioned2014-01-17T01:10:39Z
dc.date.available2014-01-17T01:10:39Z
dc.date.issued2014-01-17
dc.identifier.nimNIM020910201213
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/15668
dc.description.abstractBeras merupakan komoditas strategis karena merupakan bahan pangan pokok bagi hampir seluruh rakyat Indonesia, selain bernilai ekonomis juga mengandung nilai psikologis, sosial dan politik. Sejak tahun 1994 Indonesia sudah tidak berswasembada beras lagi, karena setelah swasembada beras diraih pada tahun 1984 produksi beras cenderung menurun dan tidak stabil. Produksi beras dalam negeri tidak dapat diandalkan lagi sehingga terpaksa mengimpor beras. Impor beras terus berlanjut dengan volume yang membesar. Dalam tahun 1985-1993 (periode swasembada) impor beras hanya rata-rata 0,16 juta ton/tahun, pada tahun 1994-1997 (periode sebelum krisis ekonomi) meningkat menjadi rata-rata 1,10 juta ton/tahun dan pada tahun 1998-2000 (periode krisis) meningkat lebih besar lagi menjadi rata-rata 4,65 juta ton/tahun. Dilihat dari berbagai segi ketergantungan kepada impor beras secara berkelanjutan dan dalam volume besar sangat tidak menguntungkan karena dapat merupakan ancaman serius bagi ketahanan pangan nasional. Untuk itu maka Indonesia harus memacu produksi beras dalam negeri yang lebih serius melalui terobosan-terobosan teknologi produksi yang lebih unggul dan ramah lingkungan yang dapat diterapkan secara optimal ditingkat petani sehingga produktivitas dapat ditingkatkan tanpa merusak lingkungan. Selain itu peningkatan produksi beras dapat dilakukan melalui peningkatan intensitas tanam dan perluasan areal di luar Jawa serta menerapkan kebijakan yang memberikan insentif yang menggairahkan petani untuk mau memproduksi padi. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan temuan-temuan yang disajikan dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan studi literatur (desk research) dan wawancara mendalam (indepth interview). Wawancara mendalam dilakukan oleh Peneliti kepada narasumber dari berbagai kalangan yang kompeten. Sehingga dalam tulisan ini lebih banyak disajikan data-data sekunder yang terbaru yang berhasil dihimpun oleh penulis dari berbagai sumber diantaranya BPS, vii BULOG, Departemen Pertanian, BAPPENAS, Departemen Perdagangan, DPR-RI, INDEF, HKTI, Kompas, Jawa Pos, Media Indonesia dan untuk memperkuat variable analisisnya penulis melakukan wawancara dengan beberapa orang yang kompeten dalam masalah kebijakan pangan di negeri ini, diantaranya; Dr. Ir. Siswono Yudho Husodo (Ketua Dewan Penasehat Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), Prof. Dr. Bustanul Arifin, MA (Guru Besar Universitas Lampung dan Peneliti Senior INDEF Jakarta), Drs. Choirul Saleh Rasyid, M.Si (Anggota DPR-RI FKB dan sekaligus juru bicara pemrakarsa Hak Interpelasi mengenai Kebijakan Impor Beras), dan Khudori, SP. (Pengamat Kebijakan Pangan Nasional dan Penulis Buku Neoliberalisme Petani) Dalam formulasi kebijakan perberasan nasional sebagai salah satu implementasi Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang Ketahanan Pangan cenderung mengabaikan kepentingan para produsen(petani padi), ini terlihat pada rencana ketersediaan stok cadangan nasional dan perhitungan angka produksi serta konsumsi yang tidak ada kejelasan dan kepastian sehingga dapat mempengaruhi stabilitas harga pada produsen. Secara teoritis, formulasi kebijakan impor beras telah terjadi penyimpangan pada prosesnya. Hal ini dapat kita lihat dari mekanismenya yang cenderung hanya melibatkan pihak-pihak tertentu sehingga tidak libatkannya para petani dalam proses kebijakan. Di sisi lain kita dapat melihat betapa sangat lemahnya pemerintah dalam menentukan rentan waktu perencanaan awal mengenai kebijakan termasuk di dalamnya kebijakan impor beras dan lemahnya koordinasi antar sektor, terutama yang terkait dengan pertanian untuk menutupi isu kekurangan cadangan beras nasional yang ada pada gudang Bulog. Di sisi evaluasi kebijakan pangan khususnya impor beras, kecenderungan pemerintah masih sebatas jalan di tempat. Karena hampir seluruh produk kebijakan yang diambil lebih pada retorika belaka ketimbang menghasilkan terobosan baru untuk diambil sebagai solusi dari produk sebelumnya.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries020910201213;
dc.subjectIMPOR BERAS NASIONALen_US
dc.titleAnalisis Formulasi dan Evaluasi Dampak Kebijakan Impor Beras Nasional Terhadap Harga Gabah di Tingkat Petanien_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record