Show simple item record

dc.contributor.authorMAYA IRIANTI
dc.date.accessioned2014-01-17T00:53:48Z
dc.date.available2014-01-17T00:53:48Z
dc.date.issued2014-01-17
dc.identifier.nimNIM030910301040
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/15644
dc.description.abstractPersepsi tentang janda dalam lingkungan masyarakat masih bersifat miring (negatif), dimana posisi janda dalam masyarakat masih di anggap aib yang harus di batasi ruang geraknya. Hal ini merupakan salah satu kondisi dan budaya yang tetap dipertahankan dalam lingkungan mayarakat di Indonesia. Fenomena janda terjadi di seluruh dunia, sebab janda bukan hanya bentuk dan pola kehidupan di Indonesia, tapi juga salah satu proses kehidupan individu dalam masyarakat di dunia. Maka dari itu, sikap dan perilaku yang di tanamkan selama ini dalam masyarakat masih kurang memiliki rasa keadilan untuk janda sendiri. Sekilas memandang budaya masyarakat Indonesia yang masih tetap bertahan pada pola kehidupan lama akan menjadi masyarakat yang kurang menghargai terhadap hak-hak orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Janda merupakan anggota masyarakat yang memiliki hak untuk hidup berdampingan dengan individu atau keluarga lain serta memiliki kebebasan untuk berkreasi. Namun akibat dari konstruk budaya yang membebankan kesalahan pada janda dan fenomena tersebut tidak dianggap sebagai proses kehidupan, maka kebebasan janda terbelenggu. Begitupun yang ada dalam masyarakat Tanggul Kulon, dimana masyarakat belum bisa melepas budaya tentang persepsi yang kurang menguntungkan terhadap kehidupan janda. Walaupun masyarakat Tanggul Kulon lebih dominan berpendidikan, namun kemampuan pola yang dimiliki dan dilihat dari infrastruktur (sarana prasarana) untuk mengembangkan pola pikir masyarakat sudah tercukupi tapi tidak mampu merubah budaya yang mendiskriditkan janda dalam masyarakat. Salahnya budaya yang terbangun dalam masyarakat yaitu terlalu mengkultuskan adanya hubungan yang diikat dengan perkawinan, sehingga sangsi yang seharusnya tidak ada menjadi salah satu nilai-nilai dalam masyarakat. Sedangkan keberadaan seorang individu tidak bisa terlepas dari hidup bermasyarakat, dalam proses kehidupan itu seorang individu memerlukan pemenuhan kebutuhan biologis dan psikis. Proses pemenuhan kebutuhan biologis dan psikis tersebut, seorang individu memiliki kecenderungan untuk membangun pasangan hidup yang permanen. Pasangan hidup yang permanen akan terbentuk dalam wujud sebuah keluarga. Begitupun yang nilai-nilai yang terbangun dalam masyarakat Tanggul Kulon, dimana terbentuknya keluarga harus dipertahankan dengan baik, sebab keluarga diartikan sebagai suatu kesatuan sosial terkecil yang dibentuk oleh manusia sebagai makhluk sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai persepsi masyarakat terhadap status janda. Penelitian ini dilakukan di Desa Tanggul Kulon Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Sumber data yang diambil dalam penelitian viii ini diperoleh dari hasil observasi awal, kuesioner dan dokumentasi data. Metode yang digunakan dalam menganalisa data yang telah diperoleh yaitu dianalisa secara deskriptif. Penarikan kesimpulan tentang persepsi masyarakat Tanggul Kulon terhadap status janda dengan 3 permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu tentang persepsinya terhadap perilaku janda, persepsi masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan pokok keluarga janda dan persepsi masyarakat terhadap pendidikan formal anak janda, dimana persepsi masyarakat Tanggul Kulon masih bersifat negatif terhadap janda.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries030910301040;
dc.subjectSTATUS JANDAen_US
dc.titlePERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP STATUS JANDAen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record