dc.description.abstract | Terdapat peningkatan jumlah pasien TB (Tuberkulosis) paru yang terus
meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Meningkatnya prevalensi TB paru
berhubungan dengan berbagai faktor, diantaranya yaitu kemiskinan negara
berkembang, perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dan
perubahan struktur umur kependudukan. Oleh karena itu dalam penelitian ini,
peneliti berusaha mencari tahu hubungan karakteristik demografi dengan
kepatuhan berobat pasien TB paru di RS Paru Jember. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan tindakan pencegahan
atau penanganan yang lebih efektif dalm upaya menurunkan angka insidensi TB
paru.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan cross sectional.
Lokasi penelitian di RS Paru Jember dengan jumlah sampel 135. Data ini
diperoleh dari penelitian dengan metode pengumpulan data rekam medis diagnosa
TB paru. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah karakteristik demografi yang
terdiri dari jenis kelamin, usia dan tempat tinggal. Sedangkan variabel terikat
adalah kepatuhan berobat pasien TB paru. Untuk mengetahui hubungan antar
variabel bebas dan terikat maka menggunakan uji staistik Chi Square dan Uji
regresi logistik sederhana untuk beberapa variabel bebas dengan variabel terikat
kategorik dikotomik.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pasien berjenis
kelamin laki-laki (59,26%), umur kurang dari 30 tahun (34,81%), tempat tinggal
berjarak lebih dari 5 Km (42,96%). Sedangkan keompok tidak patuh berobat
adalah jenis kelamin laki-laki yaitu 43 orang (69,36%), umur lebih dari 45
(46,77%), tempat tinggal berjarak lebih dari 5 Km (59,68%). Hasil pengolahan
viii
data menggunakan Chi Square menunjukan tingkat signifikansi usia sebesar
0,004, jenis kelamin 0,028, tempat tinggal 0,000. Tingkat signifikansi tersebut
lebih kecil dari α = 0,05 yang menunjukan adanya hubungan karakteristik
demografi dengan kepatuhan berobat pasien TB paru di RS Paru jember. Hasil
penelitian menggunakan uji regresi logistik menunjukan jarak tempat tinggal
pasien TB paru dengan unit pelayanan kesehatan memiliki tingkat signifikansi
paling tinggi yaitu 0,002 OR 1,109. Sehingga dapat disimpulkan jarak memiliki
hubungan yang sangat signifikan dibandinakan faktor usia dan jenis kelamin
dalam mempengaruhi kepatuhan berobat pasien TB paru di RS Paru Jember.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka peneliti menyarankan kepada
semua lapisan masyarakat khususnya pada kelompok karakteristik demografi
yang cenderung tidak patuh dalam menjalani pengobatan sebaiknya meningkatkan
informasi, serta meningkatkan kepatuhan berobat dan menurunkan kasus drop out.
Pemerintah dan swasta sebaiknya meningkatkan pelayanan serta membangun unit
pelayanan kesehatan yang lebih merata dan terjangkau sehingga diharapkan
penderita dapat sembuh dan mengurangi tingkat penularan. | en_US |