| dc.description.abstract | Matematika  adalah  ilmu  pengetahuan  yang  mempunyai  aplikasi  sangat  luas 
pada  aspek  kehidupan,  hal  inilah  yang  menyebabkan  matematika  perlu  dipelajari 
sejak  dini.  Namun,  penyajian  yang  monoton  dan  kurang  sesuai  dengan  kematangan 
siswa  membuat  siswa  kelas  IV  SDN  Grujugan  Lor  01  kurang  tertarik  mempelajari 
matematika.  Oleh  karena  itu,  diperlukan  suatu  cara  untuk  memotivasi  siswa  salah 
satunya  yaitu  pembelajaran  kooperatif  teknik  TGT.  Permasalahan  dalam  penelitian 
ini  adalah  bagaimana  pelaksanaan,  aktivitas  belajar,  dan  ketuntasan  hasil  belajar 
siswa dalam pembelajaran  kooperatif  teknik TGT  mata pelajaran matematika pokok 
bahasan  Hubungan  Antarsatuan  Ukuran?  Tujuan  penelitian  untuk  mendeskripsikan 
penerapan  pembelajaran  kooperatif  teknik  TGT,  dan  mengkaji  aktivitas  dan 
ketuntasan belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran. 
  Pembelajaran  Kooperatif  teknik  TGT  adalah  model  pembelajaran  bersama-
sama dalam suatu kelompok dengan  jumlah anggota antara lima  sampai enam orang 
siswa  yang  memiliki  kemampuan,  jenis  kelamin,  dan  suku  atau  ras  yang  berbeda.. 
Para  anggota  bekerjasama  dan  saling  membantu  dalam  menyelesaikan  tugas  yang 
diberikan  oleh  guru.  Adapun  langkah-langkah  pembelajaran  kooperatif  teknik  TGT 
adalah:  tahap  penyajian  materi  secara  klasikal,  belajar  dalam  kelompok, 
pertandingan/turnamen, dan penghargaan kelompok. 
  Subjek penelitian  bertempat di kelas IV dengan  jumlah siswa  yaitu 43 siswa, 
dengan 28 siswa laki-laki, dan 15 siswa perempuan. Data yang dikumpulkan  dengan cara  observasi,  tes,  dan  dokumentasi.  Penelitian  dilaksanakan  dalam  dua  siklus
  Dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif 
teknik  TGT  pada  siklus  I  menunjukkan  31,2%  persen  siswa  tergolong  sangat  aktif, 
65,1%  siswa  tergolong  aktif,  4,7%  siswa  tergolong  cukup  aktif,  dan  0%  siswa 
tergolong  kurang  aktif,  dan  tidakaktif.  Aktivitas  siswa  secara  kelompok  setelah  di 
rata-rata  mencapai  76,4%  dan  tergolong  aktif.  Dari  ketuntasan  belajar,  siswa  yang 
tergolong  tuntas  berjumlah  21  siswa  (48,84%),  dan  yang  tidak  tuntas  berjumlah  22 
siswa  (51,16%).  Siswa  kesulitan  dalam  mengkonversi  hubungan  antarsatuan  ukuran 
dalam  penjumlahan,  dan  pengurangan.  Pembelajaran  dilanjutkan  ke  siklus  II.  Pada 
siklus  II  menunjukkan  18  siswa  (41,9%)  sangat  aktif,  siswa  tergolong  aktif  
berjumlah 25 siswa (58,1%), dan siswa tergolong cukup aktif, kurang aktif, dan tidak 
aktif  berjumlah 0 siswa (0%). Rata-rata aktivitas kelompok siswa yaitu 80,55%. Dari 
ketuntasan  belajar,  siswa  yang  tergolong  tuntas  34  siswa  (79,1%).  Siswa  yang  tidak 
tuntas berjumlah 9 siswa (20,9%). 
  Dari data di atas, maka dapat diketahui peningkatan aktivitas siswa tergolong 
sangat  aktif    dari  30,2%  meningkat  menjadi  41,9%.  Aktivitas  kelompok  dari  76,4% 
menjadi  80,55%.  Ketuntasan  belajar  siswa  setelah  dilaksanakan  tindakan 
pembelajaran meningkat dari 48,84% menjadi 79,1%. | en_US |