dc.description.abstract | Pembelajaran IPS di SDN Pontang 04 Ambulu Jember masih menggunakan
metode pembelajaran konvensional dan alat peraga/media jarang sekali digunakan,
sehingga pemahaman terhadap konsep IPS sulit dipahami. Berdasarkan hasil
observasi di SDN Pontang 04 Ambulu Jember, terdapat permasalahan yang dihadapi
oleh siswa yaitu kurangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah IPS pada
pokok bahasan macam-macam usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia, terutama
yang diberikan dalam bentuk soal cerita.
Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah IPS,
khususnya pada pokok bahasan macam-macam usaha dan kegiatan ekonomi di
Indonesia adalah melalui penerapan model pembelajaran problem solving dengan
media kotak kartu misteri (kokami). Model pembelajaran problem solving adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata untuk
mengajak siswa berpikir kritis, mempunyai keterampilan memecahkan masalah dunia
nyata yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan berperan serta dengan
anggota kelompok lainnya dalam mendiskusikan masalah. Kokami adalah salah satu
jenis media yang dikombinasikan dengan permainan bahasa untuk menanamkan
pengetahuan kepada siswa dengan menarik dan berbekas juga berfungsi untuk
merangsang minat dan perhatian siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan
aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa kelas V melalui penerapan pembelajaran
problem solving dengan menggunakan media kokami. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Pontang 04 Ambulu
Jember tahun pelajaran 2011-2012 dengan jumlah siswa 28 orang yang terdiri dari 15
laki-laki dan 13 perempuan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(PTK) dengan menggunakan pendekatan reflektif. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah dokumentasi, observasi, tes dan wawancara.
Data yang dikumpulkan berupa analisis jawaban siswa terhadap tes awal, tes
akhir siklus I dan tes akhir sklus II, analisis aktivitas siswa dan guru selama proses
pembelajaran berbasis masalah dengan media kokami serta jawaban guru dan siswa
terhadap wawancara. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2011 sampai
dengan 23 Agustus 2011 dalam dua siklus, meliputi: perencanaan, tindakan, observasi
dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan aktivitas siswa selama penerapan model
pembelajaran problem solving menggunakan media kokami pada siklus I, yaitu
kriteria mendengarkan dan mencatat kartu pesan 60,26%, memecahkan masalah
60,71%, diskusi dan interaksi 58,03%, presentasi 55,8% dan menarik kesimpulan
55,35%. Secara keseluruhan persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus I
mencapai 58,03% dan dapat dikategorikan cukup aktif. Aktivitas siswa pada siklus II,
yaitu kriteria mendengarkan dan mencatat kartu pesan 86,16%, memecahkan masalah
74,99%, diskusi dan interaksi 83,48%, presentasi 76,33% dan menarik kesimpulan
72,32%. Secara keseluruhan persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus II
mengalami peningkatan sebesar 20,62% dari siklus I yaitu mencapai 78,65% dan
dapat dikategorikan aktif. Tes akhir siklus I kurang memuaskan, hal ini terlihat dari
ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 57,14%. Persentase ketuntasan belajar
pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 21,43% dari siklus I yaitu mencapai
78,57% dan telah dikatakan tuntas, karena telah mencapai KKM SD Negeri Pontang
04 Ambulu Jember yaitu 60%.
Kesimpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran problem
solving menggunakan media kokami dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
IPS pada siswa kelas V SD Negeri Pontang 04 Ambulu Jember. Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah pembelajaran IPS dengan
menggunakan model pembelajaran problem solving sebaiknya dapat dijadikan guru
sebagai alternatif strategi pembelajaran di kelas, guru harus lebih selektif memilih
materi materi yang cocok untuk model pembelajaran problem solving, agar hasil
belajar yang dicapai maksimal maka guru harus mempersiapkan media pembelajaran
dan bahan ajar secara tepat, guru lebih memberikan perhatian pada siswa yang kurang
memahami materi, guru lebih menguasai komponen dalam model pembelajaran
problem solving agar dapat mencapai hasil yang maksimal dan penelitian ini dapat
menjadi masukan bagi guru dan peneliti lain dalam mengembangkan pembelajaran di
kelas. | en_US |