Show simple item record

dc.contributor.authorIFTITAH NUR ‘AINI
dc.date.accessioned2013-12-29T01:16:32Z
dc.date.available2013-12-29T01:16:32Z
dc.date.issued2013-12-29
dc.identifier.nimNIM010910302111
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/13616
dc.description.abstractSabtu tanggal 12 Oktober 2002, hampir mendekati tengah malam ketika terjadi satu peristiwa yang seolah membalikkan keadaan 180 derajat. Bom dengan kekuatan ledak yang dahsyat telah meluluhlantakkan Kuta-Ikon industri pariwisata Bali hanya dalam sekejap mata. Citra Bali sebagai sebagai daerah yang paling aman danstabil di Indonesia seolah telah sirna dan menjadi cerita dongeng masa lalu. Semua mata terkesima, tak percaya dengan apa yang terjadi melihat ratusan manusia terbakar, hangus, bahkan hancur menjadi serpihan-serpihan kecil yang sulit dikenali lagi. Mayoritas korban adalah turis asing asal Australia yang sedang menghabiskan malam minggu menikmati suasana malam di Kuta. Sari Club dan Paddy’s Pub dua bangunan tempat terjadinya ledakan hancur luluh, terbakar dan hangus dijilat kobaran api. Kerugian yang ditimbulkan akibat ledalkan bom Bali adalah korban fisik diantaranya adalah korban jiwa 205 orang tewas, luka berat dan ringan 324 orang, 25 buah mobil rusak, 11 buah motor rusak, 4 buah gardu listrik rusak, dan 303 bangunan rusak-rusak. Korban meninngal paling banyak yaitu 67 orang Australia, 20 orang Inggris, 12 orang Indonesia, dan selebihnya orang AS, jepang, Singapura, Swedia, Denmark, dan lain-lain. Pada saat malam kejadian Kuta menjadi begitu bersahabat, akrab dan mengharukan sekaligus mengherankan, karena di sela-sela ketegangan , kekacauan , kebingungan dan proses evakuasi tidak terdapat satupun tindakan kriminalitas terjadi. Kesemuanya terjadi berkat teguhnya masyarakat akan adat dan budaya Bali. Mereka percaya dan yakin akan karmapala. Siapa yang berbuat jahat atau baik maka akan mendapatkan ganjaran yang setimpal. Di sinilah letak arifnya roh Bali. Kemarahan dan rasa kaget akibat ledakan bom Bali tidak dikeluarkan dalam bentuk tindakan yang anarkhis tetapi dikembalikan kedalam menjadi sebuah introspeksi. Wujud introspeksi direalisasikan oleh masyarakat Bali kedalam suatu bentuk upacara adapt guna memohon ampunan kepada Sang Hyang Widhi Wasa ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan memohon kembali kebersihan bumi Bali dari segala bentuk pengrusen_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries010910302111;
dc.subjectDAMPAK PSIKOLOGISen_US
dc.titlePERUBAHAN ADAT DI DALAM SISTEM PERTANIAN ATAS DASAR NILAI RELIGI PADA MASYARAKAT TANI TENGGER DI DESA NGADAS KABUPATEN MALANGen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record