Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi di Sub-Sub Das Garahan Kabupaten Jember
Abstract
Perkembangan jumlah penduduk Indonesia yang semakin cepat dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan hidup baik secara kualitas
maupun kuantitas. Ketersediaan sumberdaya lahan semakin lama semakin terbatas
namun kebutuhan manusia selalu tetap dan semakin bertambah. Dengan adanya
pertentangan tersebut dapat menyebabkan peningkatan, tekanan penduduk atas
sumberdaya lahan. Tekanan penggunaan lahan yang melebihi daya dukung lahan
dapat menyebabkan terjadinya kerusakan lahan.
Contoh terjadinya kerusakan lahan adalah penggunaan lahan yang kurang
sesuai seperti pembukaan lahan pertanian baru yang berasal dari hutan lindung
maupun lahan dengan kelerengan curam akan menyebabkan terganggunya
keseimbangan alam. Penggunaan lahan yang terus menerus ditanami tanpa cara
pengolahan tanah dan air yang tepat juga dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan lahan, terutama di daerah pertanian dengan curah hujan yang melebihi
1500 mm/th akan mengalami penurunan produktivitas tanah. Penurunan
produktivitas tanah ini secara cepat maupun lambat disebabkan oleh menurunnya
kesuburan tanah dan gejala erosi (Sarief, 1986).
Akibat yang ditimbulkan erosi beragam dan dampaknya sangat luas.
Dampak tersebut meliputi penurunan produktivitas tanah, pengendapan bahan
endapan pada sumber-sumber air, danau dan bendungan-bendungan yang sejak
dasawarsa enam puluhan banyak dibangun di beberapa sungai besar di Indonesia,
serta banjir (Rahim, 2000). Prediksi tingkat bahaya erosi adalah upaya untuk
menduga laju rata-rata erosi suatu tanah tertentu pada suatu kecuraman lereng
dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam pertanaman dan tindakan
pengelolaan (konservasi tanah) yang mungkin dilakukan atau yang sedang
dipergunakan (Arsyad, 1989).
Menurut Soeharto (1998) untuk memprediksi erosi tersebut dapat
diperkirakan baik secara aktual maupun potensial. Tingkat bahaya erosi aktual dipengaruhi oleh indeks curah hujan, erodibilitas tanah, faktor panjang dan
kemiringan lereng, faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman dan
faktor tindakan konservasi tanah. Untuk tingkat bahaya erosi potensial
dipengaruhi oleh indeks curah hujan, erodibilitas tanah, panjang dan kemiringan
lereng namun pengaruh tanaman dan tindakan konservasi terhadap erosi
diabaikan.
Pada penelitian ini dipilih sub-sub DAS Garahan sebagai tempat
penelitian dengan pertimbangan bahwa pada daerah tersebut belum pernah
dilakukan penelitian tentang tingkat bahaya erosi. Sub-sub DAS Garahan terletak
di kecamatan Silo, kabupaten Jember dengan luas lahan sekitar 8.599 ha. Sub-sub
DAS Garahan memiliki kondisi geologi, tanah, topografi dan penggunaan lahan
yang bervariasi. Formasi geologi di sub-sub DAS Garahan meliputi formasi
batuan gunung api Raung, formasi batu ampar, formasi batuan terobosan
Granudiorit dan formasi Kalibaru. Untuk kelas kemiringan lereng terdapat kelas
kemiringan I sampai dengan V, sedang untuk penggunaan lahan di sub-sub DAS
Garahan meliputi hutan lindung, hutan pinus, kebun karet, kebun campuran,
ladang dan tanaman campuran.
Dalam penelitian ini metode pemetaan sangat efektif dalam pengambilan
data yang berkaitan dengan tingkat bahaya erosi di lapang
(Young and Hammer, 2000). Metode pemetaan ini menggunakan Sistem
Informasi Geografis (SIG). Sistem Infomasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem
komputer yang dapat memberikan informasi berdasarkan ruang geografi. Input
data untuk sistem ini dapat berupa data hasil pemantauan jarak jauh (remote
sensing), data sekunder atau data primer yang sesuai atau suatu lokasi, sehingga
menghasilkan output berupa informasi yang khas untuk setiap ruang atau lokasi
tersebut. Informasi tersebut akan berguna dalam pengambilan keputusan
mengenai informasi nilai tingkat bahaya erosi dan tindakan konservasi yang harus
dilakukan (Sachoemar,1996).
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4543]