Show simple item record

dc.contributor.authorNOFALIA, Yesika
dc.date.accessioned2025-11-11T05:25:14Z
dc.date.available2025-11-11T05:25:14Z
dc.date.issued2025-03-13
dc.identifier.nim210210103035en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/128574
dc.descriptionFinalisasi unggah file repositori tanggal 11 November 2025_Kurnadien_US
dc.description.abstractNyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penyakit demam berdarah dengue yang menularkan virus dengue melalui gigitannya. Demam berdarah dengue hingga saat ini masih menjadi asalah nasional. Kementerian Kesehatan Indonesia mencatat pada awal tahun 2024 jumlah kasus demam berdarah mencapai 15.799 dengan 124 kasus kematian. Melihat adanya kasus yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti yaitu DBD, maka perlu dilakukan pengendalian nyamuk Aedes aegypi untuk memutus rantai penularan penyakit. Pengendalian nyamuk yang umum dilakukan oleh masyarakat adalah menggunakan insektisida kimia yaitu abate, dikarenakan dianggap lebih cepat dibandingkan pengendalian secara biologis. Penggunaan abate secara terus menerus menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan dan organisme hidup. Larvasida alami berbahan dasar tumbuhan dapat menjadi alternatif karena ketersediaan melimpah, ramah lingkungan, mudah terurai, dan dapat menguragi laju resistensi vektor pembawa penyakit. Masyarakat indoensia mengenal dua varietas tanaman lengkuas, yaitu lengkuas putih dan lengkuas merah. Bagian rimpang kedua tanaman memiliki potensi sebagai larvasida alami. Berbagai penelitian menunjukkan rimpang lengkuas putih dan lengkuas merah mengandung senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid, fenol, flavonoid, terpenoid, tanin, dan saponin. Rimpang lengkuas merah diduga mempunyai senyawa steroid yang tidak dimiliki oleh rimpang lengkuas putih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai LC50 dan perbedaan toksisitas ekstrak rimpang lengkuas putih (Alpinia galanga) dan lengkuas merah (Alpinia purpurata) terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti dalam waktu dedah 48 jam. Penelitian dilakukan di Sub Laboratorium Toksikologi Program Studi Pendidikan Biologi universitas Jember. Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai bulan September 2024 sampai Januari 2025. Metode ekstraksi maserasi digunakan untuk mendapatkan ekstrak kental dari rimpang lengkuas putih dan lengkuas merah. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan uji pendahuluan dan uji akhir. Serial konsentrasi yang didapatkan berdasarkan uji pendahuluan yaitu 500 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm, dan 2000 ppm. Setiap perlakuan menggunakan 20 ekor larva nyamuk Aedes aegypti yang dimasukkan kedalam 100 ml larutan serial konsentrasi dan kontrol degan 4 kali pengulangan dalam waktu dedah 48 jam. Penentuan LC50 dilakukan dengan analisis probit menggunakan Software SPSS for windows versi 30.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai LC50 ekstrak rimpang lengkuas putih sebesar 1483,026 ppm dengan batas bawah 1378,027 ppm dan batas atas 1599,442 ppm. Nilai LC50 ekstrak rimpang lengkuas merah sebesar 745,510 ppm dengan batas bawah 590,512 ppm dan batas atas 866,038 ppm. Hasil analisis menunjukkan rimpang lengkuas merah lebih efektif atau toksik dalam membunuh larva nyamuk Aedes aegypti dibandingkan lengkuas putih. Perbedaan toksisitas ekstrak rimpang lengkuas putih dan lengkuas merah diketahui dengan melakukan analisis Uji Independent T-test. Berdasarkan analisis uji Independent Sample T-test menunjukkan nilai t sebesar -3.339 dengan derajat kebebasan (df) 30 dan signifikansi 0.002 (p<0.05). Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan rerata mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti yang signifikan secara statistik antara ekstrak rimpang lengkuas putih (Alpinia galanga) dan lengkuas merah (Alpinia purpurata). Penelitian yang telah dilakukan, dikemas dalam produk Leaflet untuk disebarluaskan pada masyarakat. Uji validasi leaflet dilakukan oleh satu dosen validator materi dan satu dosen validator media untuk menguji kelayakan produk dengan rerata hasil validasi 90,85% termasuk dalam kategori sangat layak. Kesimpulan penelitian yang telah dilakukan adalah ekstrak rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata) memiliki toksisitas lebih tinggi dengan nilai LC50 sebesar 745,510 ppm sedangkan rimpang lengkuas putih nilai LC50 sebesar 1378,027 ppm. Ekstrak rimpang lengkuas merah secara signifikan lebih efektif dalam menyebabkan kematian larva Aedes aegypti dalam waktu dedah 48 jam dan leaftlet yang disusun dinyatakan sangat layak untuk dijadikan bahan bacaan masyarakat. Saran dalam penelitian ini perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan profil fitokimia dari ekstrak rimpang lengkuas putih (Alpinia galanga) dan lengkuas merah (Alpinia purpurata). Selain itu, penelitian selanjutnya disarankan menggunakan pelarut non polar atau semi polar untuk ekstraksi senyawa metabolit sekunder pada rimpang lengkuas putih (Alpinia galanga) dan lengkuas merah (Alpinia purpurata).en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jemberen_US
dc.subjectNyamuk Aedes aegyptien_US
dc.subjectLengkuas Putih (Alpinia galanga)en_US
dc.subjectMortalitas Larva Nyamuken_US
dc.titlePerbedaan Toksisitas Ekstrak Rimpang Lengkuas Putih (Alpinia Galanga) dan Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes Aegypti Serta Pemanfaatannya sebagai Leafleten_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiPENDIDIKAN BIOLOGIen_US
dc.identifier.pembimbing1Prof. Dr. Dwi Wahyuni, M.Kesen_US
dc.identifier.pembimbing2Nadyatul Ilma Indah Savira, S.Si., M.Sien_US
dc.identifier.validatorRudy Ken_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record