Perbandingan Metode K-Means dan Self Organizing Maps (SOM) dalam Pengelompokan Kabupaten/Kota di Pulau Jawa Berdasarkan Tingkat Perekonomian
Abstract
Pulau Jawa memiliki kontribusi sebesar 57% terhadap perekonomian
nasional menurut Badan Kebijakan Fiskal. Namun, pertumbuhan ekonomi di
Pulau Jawa pada tahun 2023 sebesar 4,96%. Hal tersebut menunjukkan
pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa lebih rendah daripada wilayah Indonesia
Timur. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan analisis terhadap karakteristik
masing-masing wilayah di Pulau Jawa. Penelitian ini akan menganalisis
karakteristik wilayah di Pulau Jawa dengan melakukan pengelompokan
menggunakan K-Means atau SOM. Kelebihan metode K-Means yaitu dapat
digunakan dengan mudah, membutuhkan waktu yang relatif cepat dalam
menjalankan algoritmanya, serta menggunakan prinsip yang sederhana.
Kekurangan metode K-Means yaitu nilai pada awal algoritma ditentukan secara
acak sehingga memungkinkan hasil pengelompokan tidak optimal. Keunggulan
metode SOM adalah mampu mengekstrak fitur penting dari data dan memetakan
kesamaan instrinsik ke dalam cluster yang dapat diinterpretasi secara visual
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan metode K-Means
dan SOM berdasarkan hasil DBI, serta memperoleh kelompok wilayah di Pulau
Jawa dengan karakteristik setiap cluster. Penelitian ini menggunakan data berupa
data faktor-faktor perekonomian yang didapatkan dari website BPS. Objek
penelitian yang dilakukan merupakan 119 kabupaten/kota di Pulau Jawa. Data
yang diperoleh dianalisis dan dikelompokkan menggunakan software Rstudio.
Langkah-langkah penelitian dimulai dari pengumpulan data, normalisasi data,
validasi cluster, serta pengelompokan menggunakan metode dengan DBI terkecil.
Data yang telah dikelompokkan dianalisis dan dilabeli sesuai dengan karakteristik
setiap cluster. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelompokan menggunakan
metode SOM ke dalam 5 cluster memberikan hasil yang lebih optimal
dibandingkan pengelompokan menggunakan metode K-Means. Pengelompokan
kabupaten/kota dilakukan ke dalam 5 cluster menggunakan metode SOM
berdasarkan hasil DBI. Hasil pengelompokan ini yaitu cluster 1 beranggotakan 14
kabupaten/kota sebagai wilayah ekonomi berkembang dengan ketimpangan,
cluster 2 beranggotakan 17 kabupaten/kota sebagai wilayah ekonomi maju
berbasis investasi, cluster 3 beranggotakan 54 kabupaten/kota sebagai wilayah
ekonomi berkembang tidak stabil, cluster 4 beranggotakan 11 kabupaten/kota
sebagai wilayah ekonomi terbelakang, serta cluster 5 beranggotakan 23
kabupaten/kota sebagai wilayah ekonomi berkembang dengan risiko inflasi.