Show simple item record

dc.contributor.authorSARI, Novia Narulia
dc.date.accessioned2025-08-19T06:39:56Z
dc.date.available2025-08-19T06:39:56Z
dc.date.issued2025-02-11
dc.identifier.nim212310101039en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/127948
dc.descriptionFinalisasi unggah file repositori tanggal 19 Agustus 2025_Kurnadien_US
dc.description.abstractPerceraian merupakan peristiwa besar yang berdampak signifikan, terutama pada anak-anak. Dampaknya meliputi gangguan emosional, sosial, dan psikologis, yang menjadikan anak dari keluarga bercerai lebih rentan terhadap stress, termasuk risiko bunuh diri. Data di Kabupaten Jember menunjukkan tingginya angka perceraian, dengan Kecamatan Ambulu mencatat kasus terbanyak. Studi pendahuluan di sekolah menengah pertama di Ambulu mengungkapkan bahwa banyak siswa orang tua sudah bercerai. Remaja awal (usia 12-15 tahun) adalah kelompok yang rentan karena kondisi psikologis mereka yang belum stabil. Mereka sering menghadapi emosi negatif seperti kemarahan dan kesedihan, yang dapat memicu perilaku maladaptif. Penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan efikasi diri tinggi cenderung menggunakan mekanisme koping yang adaptif. Penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan pendekatan crosssectional untuk menganalisis hubungan antara efikasi diri dan mekanisme koping pada siswa SMP X, Y, dan Z Ambulu. Populasi penelitian berjumlah 2.115 siswa, dengan 60 siswa sebagai sampel yang dipilih melalui purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen yang digunakan meliputi General Self-Efficacy Scale (GSES) untuk mengukur efikasi diri dan The Brief Cope Inventory untuk mekanisme koping. Penelitian berlangsung dari November 2024 hingga Januari 2025. Data dianalisis menggunakan uji univariat untuk menggambarkan karakteristik responden meliputi: usia, jenis kelamin, berapa lama orang tua bercerai, keluarga yang mengasuh, dan penghasilan orang tua, serta uji bivariat Kendall Tau untuk menentukan hubungan antara efikasi diri dan mekanisme koping. Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas remaja korban perceraian berjenis kelamin perempuan (78,3%) dan berusia 14 tahun (38,3%). Sebagian besar orang tua mereka telah bercerai lebih dari 3 tahun (86,7%), dengan 63,3% remaja Remaja korban perceraian sering menghadapi tantangan besar dalam menerima kondisi keluarga mereka, sehingga membutuhkan keyakinan diri dan strategi yang tepat untuk mengatasi tekanan. Remaja dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi cenderung lebih tenang dalam menghadapi tekanan, sementara yang memiliki efikasi diri rendah lebih rentan terhadap stress. Selain itu, remaja dengan pemahaman yang baik tentang stress cenderung menggunakan strategi koping yang adaptif. Penelitian ini diharapkan mampu mendukung remaja dalam menjaga rasa percaya diri mereka agar tetap stabil, sehingga mereka dapat menghadapi berbagai tantangan hidup dengan konsisten dan mencapai tujuan yang diharapkan.en_US
dc.description.sponsorshipDPU: Ns.Erti Ikhtiarini Dewi, S.Kep.,M.Kep., Sp.Kep.J DPA: Ns.Enggal Hadi Kurniyawan, S.Kep., M.Kepen_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFaculty of Nursingen_US
dc.subjectEfikasi Dirien_US
dc.subjectMekanisme Kopingen_US
dc.subjectRemaja Korban Perceraianen_US
dc.titleHubungan Efikasi Diri dengan Mekanisme Koping pada Remaja Korban Perceraian di Sekolah Menengah Pertama Wilayah Kabupaten Jemberen_US
dc.title.alternativeThe Relationship of Self-Efficacy and Coping Mechanisms among Adolescent Victims of Divorce in Junior High Schools in Jember Regency Areaen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiIlmu Keperawatanen_US
dc.identifier.pembimbing1Ns.Erti Ikhtiarini Dewi, S.Kep.,M.Kep., Sp.Kep.Jen_US
dc.identifier.pembimbing2Ns.Enggal Hadi Kurniyawan, S.Kep., M.Kepen_US
dc.identifier.validatorRevaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record