Hubungan Efikasi Diri dengan Mekanisme Koping pada Remaja Korban Perceraian di Sekolah Menengah Pertama Wilayah Kabupaten Jember
Abstract
Perceraian merupakan peristiwa besar yang berdampak signifikan, terutama
pada anak-anak. Dampaknya meliputi gangguan emosional, sosial, dan psikologis,
yang menjadikan anak dari keluarga bercerai lebih rentan terhadap stress, termasuk
risiko bunuh diri. Data di Kabupaten Jember menunjukkan tingginya angka
perceraian, dengan Kecamatan Ambulu mencatat kasus terbanyak. Studi
pendahuluan di sekolah menengah pertama di Ambulu mengungkapkan bahwa
banyak siswa orang tua sudah bercerai. Remaja awal (usia 12-15 tahun) adalah
kelompok yang rentan karena kondisi psikologis mereka yang belum stabil. Mereka
sering menghadapi emosi negatif seperti kemarahan dan kesedihan, yang dapat
memicu perilaku maladaptif. Penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan efikasi
diri tinggi cenderung menggunakan mekanisme koping yang adaptif.
Penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan pendekatan crosssectional untuk menganalisis hubungan antara efikasi diri dan mekanisme koping
pada siswa SMP X, Y, dan Z Ambulu. Populasi penelitian berjumlah 2.115 siswa,
dengan 60 siswa sebagai sampel yang dipilih melalui purposive sampling
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen yang digunakan meliputi
General Self-Efficacy Scale (GSES) untuk mengukur efikasi diri dan The Brief
Cope Inventory untuk mekanisme koping. Penelitian berlangsung dari November
2024 hingga Januari 2025. Data dianalisis menggunakan uji univariat untuk
menggambarkan karakteristik responden meliputi: usia, jenis kelamin, berapa lama
orang tua bercerai, keluarga yang mengasuh, dan penghasilan orang tua, serta uji
bivariat Kendall Tau untuk menentukan hubungan antara efikasi diri dan
mekanisme koping. Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas remaja korban perceraian
berjenis kelamin perempuan (78,3%) dan berusia 14 tahun (38,3%). Sebagian besar
orang tua mereka telah bercerai lebih dari 3 tahun (86,7%), dengan 63,3% remaja Remaja korban perceraian sering menghadapi tantangan besar dalam
menerima kondisi keluarga mereka, sehingga membutuhkan keyakinan diri dan
strategi yang tepat untuk mengatasi tekanan. Remaja dengan tingkat kepercayaan
diri yang tinggi cenderung lebih tenang dalam menghadapi tekanan, sementara yang
memiliki efikasi diri rendah lebih rentan terhadap stress. Selain itu, remaja dengan
pemahaman yang baik tentang stress cenderung menggunakan strategi koping yang
adaptif. Penelitian ini diharapkan mampu mendukung remaja dalam menjaga rasa
percaya diri mereka agar tetap stabil, sehingga mereka dapat menghadapi berbagai
tantangan hidup dengan konsisten dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1664]