Hubungan Pola Makan dengan Kepatuhan Diet Rendah Garam pada Petani Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Panti Kabupaten Jember
Abstract
Pola makan merupakan salah satu faktor terjadinya banyak penyakit salah
satunya adalah hipertensi. Petani hipertensi harus menjaga pola makannya dengan
baik. Salah satu modifikasi gaya hidup yang dapat dilakukan pada petani
hipertensi dengan diet rendah garam. Diet rendah garam yaitu diet dengan
melakukan pembatasan konsumsi garam natrium. Akan tetapi petani masih belum
patuh untuk melakukan diet rendah garam. Petani biasanya akan mengonsumsi
makanan yang disediakan di sawah yang memiliki jenis makanan sama antara
petani hipertensi dengan petani yang tidak hipertensi dan petani juga tidak
memperhatikan kandungan makanan yang dikonsumsinya sehingga mereka
cenderung sulit untuk menerapkan diet rendah garam sesuai yang dianjurkan.
Peneliian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan dengan
kepatuhan diet rendah garam pada petani hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Panti Kabupaten Jember.
Penelitian ini menggunakan design penelitian kuantitatif analitik
korelasional dengan pendekatan cross sectional dengan pengambilan sampel
dengan menggunakan teknik cluster random sampling dengan sampel 91 petani
hipertensi. Pengambilan data menggunakan kuesioner karakteristik responden,
food frequency questionary, dan kuesioner kepatuhan diet rendah garam serta
pengukuran tekanan darah, berat badan dan tinggi badan. Analisa data
meenggunakan Chi square untuk mengaetahui adanya hubungan antara pola
makan dengan kepatuhan diet rendah garam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa usia petani lebih banyak
yang berada pada rentang usia 56-65 tahun (51,6%) dengan lebih banyak petani
yang berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 74 responden (81,3%).
Mayoritas pendidikan terakhir petani pada tingkat SD/sederajat dengan jumlah 59
responden (64,8%). Lebih banyak petani dengan keluarga yang tidak memiliki
riwayat hipertensi sejumlah 53 responden (58,2%). Lebih banyak petani tidak
merokok sejumlah 77 responden (84,%). Lebih banyak petani nilai IMT dengan
kategori berat badan normal. Dan mayoritas petani berpenghasilan 0–Rp
500.000,00 dengan jumlah responden 82 (90,1%). Dari hasil pengukuran tekanan
darah bahwa petani lebih banyak mengalami hipertensi sistolik tahap 2 dengan
jumlah 47 responden (51,6%) dan lebih banyak yang mengalami hipertensi
diastolik tahap 2 dengan jumlah 46 responden (50,5%). Pada total pola makan
terdapat perbedaan yang bermakna (p-value <0,05). Pola makan petani yang
masuk kategori kurang sebesar 0%, cukup 40,7% dan baik 59,3%. Sedangkan
pada total kepatuhan diet rendah garam tidak terdapat perbedaan bermakna ( pvalue >0,05). Kepatuhan diet rendah garam petani yang masuk kategori rendah
sebesar 38,5%, sedang 48,4%, dan tinggi 13,2%. Terdapat hubungan antara pola
makan dengan kepatuhan diet rendah garam (p-value<0.001; OR = 5,993)
Kesimpulan pada penelitian ini bahwa terdapat hubungan pola makan
dengan kepatuhan diet rendah garam dengan nilai Odd Ratio 5,993 yang artinya
petani hipertensi yang mempunyai pola makan yang baik akan berpeluang 5,993
kali mempunyai kepatuhan diet rendah garam yang tinggi. Seseorang yang
mempunyai kebiasaan pola makan baik akan mudah untuk patuh melaksanakan
diet rendah garam. Sehingga diharapkan petugas kesehatan setempat memberikan
edukasi terkait makanan yang harus dihindari penderita hipertensi, diet rendah
garam dan melakukan monitoring tekanan darah secara berkala setiap bulan
melalui kegiatan posyandu penyakit tidak menular (PTM) agar tekanan darah
dapat terkontrol dengan baik.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1652]