Gambaran Empty Nest Syndrome (ENS) pada Lansia di PSTW Kabupaten Jember
Abstract
Empty nest syndrome (ENS) merupakan kondisi kesepian, kehilangan makna
hidup, dan depresi yang dialami oleh orang tua ketika anak-anak mereka
meninggalkan rumah untuk hidup mandiri. Namun, ketika orang tua tidak memiliki
anak atau keluarga yang dekat dengan mereka, kondisi ini bisa semakin memburuk
resiko yang sama terjadi dengan lansia yang berada di panti sosial tresna werdha.
Kondisi empty nest syndrome mempengaruhi kesehatan mental dan fisik lansia
secara signifikan, termasuk risiko lebih tinggi untuk depresi dan kecemasan. Oleh
karena itu, membahas pentingnya empty nest syndrome pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) dipengaruhi faktor lansia yang mengalami penurunan baik
fisik ataupun emosional pada lansia memicu pengaruh maladaktif baru dalam
kehidupannya, bagaimana tidak peran orang tua yang biasa mereka jalankan
akhirnya berubah dan hal ini tidak mudah mereka terima sebagai orang tua pada
fenomena yang terjadi saat pelepasan itu
Tujuan dari penelitian ini adalah mencari gambaran empty nest syndrome
yang terjadi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Jember. Peneliti
menggunakan pendekatan cross-sectional teknik pengambilan sampel yaitu total
sampling dengan kriteria inklusi yaitu berusia diatas 60 tahun, tinggal di PSTW,
dan berkeinginan untuk dilakukan pengukuran pada kuisioner empty nest syndrome
dengan 72 responden dari 127 lansia yang berada di PSTW tersebut. Hasil dari
pengambilan data menggunakan kuisioner empty nest syndrome nantinya akan
diolah menggunakan one sample Kolmogorov-smirnov, pearson chi – square, dan
juga Fisher exact test dengan nilai p – value = 0,05.
Hasil pravelensi pada penelitian ini menunjukan lansia mengalami tinggi
empty nest syndrome sebesar 52,8% dan rendah empty nest syndrome sebesar
47,2%. Penelitian ini meunjukkan karakteristik responden usia mayoritas adalah 60
– 74 tahun dengan nilai tengah 70 tahun. Lansia mayoritas adalah perempuan
sebesar 54,2 %, status pernikahan didominasi cerai mati sebesar 56,9%. Seberapa
sering dikunjungi keluarga dibawah 3 kali dalam satu bulan sebesar 80,6%.
Pendidikan terakhir mayoritas adalah tidak sekolah dan SD dengan persentase
33,3%. Lama tinggal lansia sebangian besar diatas 1 tahun sebesar 77,8%. Hasil
penelitian tidak terdapat perbedaaan bermakna empty nest syndrome pada lansia di
PSTW Jember p-value >0,05 dengan analisa indikator mengalami sedih / kosong /
kesepian / kehilangan yang bermakna. Indikator sulit berkosentrasi, indikator
kurang bersemangat hidup bermakna, indikator tidak memiliki aktivitas / tidak
dapat melakukan kegiatan posiitf, indikator sulit tidur bermakna, indikator sulit
berhubungan dengan orang lain dengan p-value >0,05. Berdasarkan hasil pearson
chi – square dan Fisher exact test bahwa usia, jenis kelamin, status pernikahan,
kunjungan keluarga, dan pendidikan tidak terdapat perbedaan yang bermakna
dengan empty nest syndrome pada lansia di PSTW Jember
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu tidak terdapat perbedaan bermakna pada
lansia yang mengalami empty nest syndrome di PSTW Jember. Hal ini
dimungkinkan karena mayoritas responden adalah perempuan dengan kondisi yang
tinggal jauh dari anaknya serta masih belum lama tinggal di PSTW sehingga para
responden mengalami kesedihan dan kesepian mendalam. PSTW Jember dapat
memberikan kegiatan serta program yang dapat meningkatkan pemahaman kondisi
diri serta interaksi sosial antar lansia yang nantinya akan dimungkinkan dapat
beradaptasi di PSTW Jember sehingga empty nest syndrome menurun.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1652]