Show simple item record

dc.contributor.authorFEBRIYANTO, Aldi
dc.date.accessioned2025-08-12T02:33:25Z
dc.date.available2025-08-12T02:33:25Z
dc.date.issued2025-12-06
dc.identifier.nim180210402089en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/127838
dc.descriptionFinalisasi unggah file repositori tanggal 12 Agustus 2025_Kurnadien_US
dc.description.abstractSelamatan Among-among dilakukan oleh masyarakat Dusun Kumbo sebagai pengiling tiron (mengingat hari lahir) seseorang berdasarkan penanggalan Jawa yang dilaksanakan setiap 35 hari sekali. Penanggalan Jawa berbeda dengan penanggalan nasional (Masehi). Pada penanggalan Jawa terdapat lima hari pasaran, yaitu Pon, Wage, Legi, Pahing, Kliwon. Hari pasaran tersebut nantinya dikali dengan tuju hari dalam seminggu sehingga disebut selapan atau 35 hari. Pada saat kelahiran bayi masyarakat Dusun Kumbo tidak hanya mengingat hari dan tanggal lahir menurut penanggalan Masehi yang nantinya digunakan untuk membuat akta kelahiran, melainkan perlu untuk mengingat hari pasaran menurut penanggalan jawa untuk menentukan hari selapan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dengan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian berbasis riset yang bersifat deskriptif dan cenderung dikaji secara analisis. Penelitian model ini lebih mengutamakan proses dan makna. Landasan teori diperlukan dalam penelitian untuk memandu fokus penelitian agar sesuai dengan fakta di lapangan. Penelitian ini akan memaparkan pembahasan dari keseluruhan masalah yang diteliti, yaitu (1) wujud mitos dalam tradisi Selamatan Among-among masyarakat Using di Desa Gumirih, Kabupaten Banyuwangi, (2) makna simbolik dari Selametan Among-among yang menjiwai dan menjadi kepercayaan masyarakat Using di Desa Gumirih, (3) nilai-nilai budaya yang berkaitan dengan mitos tradisi Selametan Among-among masyarakat Using di Desa Gumirih, (4) fungsi mitos dalam tradisi Selametan Among-Among masyarakat Using di Desa Gumirih, (5) pemanfaatan mitos dalam tradisi Selametan Among-among sebagai model pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA atau fase E dengan membuat teks hikayat Selamatan Among-among di Dusun Kumbo, Desa Gumirih, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi. Kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan hasil penelitian mengenai mitos, nilai budaya, dan fungsi dari tradisi Selametan Amongamong di Desa gumirih Banyuwangi, serta penggunaannya sebagai materi pembelajaran di SMA. Dalam masyarakat Jawa istilah Among-among berarti memelihara atau menjaga, berasal dari kata "pamomong" yang artinya penjaga, pelindung, atau pengasuh. Selametan Among-among merupakan sebuah cara leluhur untuk menggambarkan tentang kesadaran diri dengan konsep sedulur papat limo pancer yang berjumlah 45. Dalam prosesnya, setiap elemen dari prosesi, termasuk sesajian seperti nasi tumpeng dan bubur merah putih, memiliki makna tersendiri yang berkaitan dengan kosmologi dan keyakinan masyarakat terhadap leluhur. Masyarakat percaya bahwa dengan melaksanakan tradisi ini, mereka dapat menjaga hubungan spiritual dengan nenek moyang mereka, yang diyakini masih memiliki pengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Sasaran penelitian ini adalah untuk memahami dan menggali berbagai aspek yang terkait dengan mitos, makna simbolik, nilai budaya, fungsi dan pemanfaatan Selametan Among-among yang dilakukan oleh masyarakat Using di Dusun Kumbo, Desa Gumirih, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis wujud mitos dalam tradisi Selametan Among-among yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Kumbo, serta bagaimana mitos tersebut dipahami dan diterima dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi makna simbolik yang terkandung dalam tradisi tersebut, serta hubungan antara tradisi Selametan Amongamong dengan kosmologi dan kepercayaan masyarakat Using di Desa Gumirih. Selanjutnya, penelitian ini menelusuri nilai-nilai budaya yang tercermin dalam pelaksanaan tradisi Selametan Among-among, serta bagaimana tradisi tersebut mencerminkan pola pikir dan cara hidup masyarakat Jawa, khususnya masyarakat Using. Penelitian ini juga bertujuan untuk menilai fungsi mitos dalam tradisi tersebut, termasuk fungsi sosial, kultural, dan spiritual dalam kehidupan masyarakat. Terakhir, penelitian ini menggali pemanfaatan mitos dalam tradisi Selametan Among-among sebagai model pembelajaran untuk kelas Bahasa Indonesia di SMA (fase E), dengan fokus pada pembuatan teks hikayat yang berisi cerita tentang Selametan Among-among di Dusun Kumbo, Desa Gumirih. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang peran mitos dan tradisi dalam kehidupan masyarakat Jawa, khususnya di Desa Gumirih, Banyuwangi, serta kontribusinya dalam pendidikan budaya di sekolah.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikanen_US
dc.subjectSelametan Among-amongen_US
dc.subjectDesa Kumboen_US
dc.subjectKabupaten Banyuwangien_US
dc.titleMitos Selametan Among-among Dusun Kumbo Desa Gumirih Kecamatan Singojuruh Banyuwangien_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiPendidikan Bahasa dan Sastra Indonesiaen_US
dc.identifier.pembimbing1Prof. Dr. Sukatman M.Pden_US
dc.identifier.pembimbing2Fitri Nura Murti S.Pd. M.Pden_US
dc.identifier.validatorrevaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record