Show simple item record

dc.contributor.authorQOMARIYAH, Fatiya Putri Nurul
dc.date.accessioned2025-08-12T02:03:14Z
dc.date.available2025-08-12T02:03:14Z
dc.date.issued2023-06-27
dc.identifier.nim192310101048en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/127835
dc.descriptionValidasi_firli_7_agustus_25; Finalisasi oleh Taufik_Alya Tgl 12 Agustus 2025en_US
dc.description.abstractStigma negatif dan diskriminasi yang masih banyak terjadi terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) menyebabkan pasien tersebut merasa benci terhadap dirinya sendiri, mengisolasi diri, dan enggan terbuka terutama mengenai status kesehatannya. Pasien HIV/AIDS yang cenderung lebih memilih untuk tertutup dapat berdampak pada dukungan yang didapatkan entah dari dari teman, keluarga, maupun orang sekitar. Dukungan yang mereka dapatkan tersebut dapat berdampak pada kepatuhan pengobatannya, dimana mereka yang tidak memiliki dukungan akan merasa takut untuk mengakses pelayanan kesehatan, menunda perawatan medis, bahkan mengonsumsi ARV dengan sembunyi-sembunyi yang akhirnya akan menyebabkan kegagalan dalam mematuhi terapi secara memadai. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat keterbukaan diri dengan kepatuhan pengobatan pada orang dengan HIV/AIDS di Kabupaten Jember. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non-probability sampling yaitu purposive samping dengan jumlah sampel 170 orang dengan HIV/AIDS di Kabupaten Jember. Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi seluruh ODHA yang menerima terapi ARV di Kabupaten Jember, berusia > 12 tahun, dan dapat berkomunikasi dengan baik. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah ODHA yang tidak dapat berkomunikasi dengan lancar baik secara lisan maupun tulisan. Penelitian ini dilakukan di 5 Puskesmas Kabupaten Jember penyedia layanan perawatan dan dukungan pengobatan pada pasien HIV/AIDS, yaitu Puskesmas Ambulu, Puger, Kencong, Pakusari, dan Jember Kidul dengan kuesioner yang digunakan adalah Skala Keterbukaan Diri dan Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8). Analisa data dilakukan secara univariat dengan hasil data kategorik disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase, sedangkan data numerik disajikan dalam bentuk nilai rata-rata dan standar deviasi untuk data berdistribusi normal dan data tidak normal disajikan dalam bentuk median serta nilai minimum-maksimum. Analisa bivariat dilakukan menggunakan uji korelasi Kendall's Tau-B. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat keterbukaan diri sedang yaitu sejumlah 149 (87.6%) responden. Sedangkan untuk kepatuhan pengobatan, mayoritas responden memiliki tingkat kepatuhan tinggi yaitu sejumlah 72 (42.4%) responden. Hasil uji korelasi Kendall’s Tau-B diperoleh p value = 0,001 (p < 0,05) yang berarti hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel tingkat keterbukaan diri dengan variabel kepatuhan pengobatan. Hasil analisa menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (correlation coefficient) dalam penelitian ini yaitu 0.248 yang artinya arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi sangat lemah. Hal tersebut berarti semakin tinggi skor keterbukaan diri maka semakin tinggi pula skor kepatuhan pengobatan pada orang dengan HIV/AIDS. Keterbukaan diri yang baik dapat berdampak positif terhadap kepatuhan pengobatan pada ODHA. Hal tersebut dikarenakan, semakin terbuka seseorang maka semakin banyak pula dukungan yang didapatkan. Dengan sikap terbuka yang dimiliki, individu dapat berbagi pikiran sehingga beban yang dimiliki menjadi lebih ringan. ODHA yang dapat terbuka mengenai dirinya sendiri dapat menciptakan lingkungan yang mendukung sehingga hambatan yang akan ditemui selama proses terapi menjadi lebih sedikit. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan adanya korelasi antara tingkat keterbukaan diri dengan kepatuhan pengobatan pada ODHA. Dengan demikian maka diharapkan pelayanan kesehatan dapat melakukan pengembangan khususnya untuk memberikan asuhan keperawatan secara holistik, termasuk aspek psikologis kepada pasien HIV/AIDS sehingga pasien dapat lebih terbuka dan mendapatkan dukungan dari sekitar. Adanya intervensi seperti program edukasi, konseling, ataupun terapi mengenai keterbukaan diri terutama pada pasien HIV/AIDS yang terstigmatisasi dapat diberikan sehingga kepatuhan pengobatannya dapat menjadi lebih baik lagi.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Keperawatanen_US
dc.subjectHIV/AIDSen_US
dc.subjectPATOFISIOLOGIen_US
dc.subjectMANIFESTASI KLINISen_US
dc.subjectTERAPI ANTIRETROVIRALen_US
dc.titleHubungan Tingkat Keterbukaan Diri dengan Kepatuhan Pengobatan pada Orang dengan HIV/AIDS di Kabupaten Jemberen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiIlmu Keperawatanen_US
dc.identifier.pembimbing1Ns. Erti I. Dewi, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J.en_US
dc.identifier.pembimbing2Ns. Fitrio Deviantony, S.Kep., M.Kep.en_US
dc.identifier.validatorValidasi_firli_7_agustus_25en_US
dc.identifier.finalizationTaufiken_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record