Show simple item record

dc.contributor.authorHANUM, Puti Maulida
dc.date.accessioned2025-08-11T07:02:19Z
dc.date.available2025-08-11T07:02:19Z
dc.date.issued2023-07-14
dc.identifier.nim192310101126en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/127827
dc.descriptionValidasi_firli_7_agustus_25; Finalisasi oleh Taufik_Alya Tgl 11 Agustus 2025en_US
dc.description.abstractHidup dengan kondisi DM beserta tuntutan menjalani aktivitas manajemen diri dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan beban emosional khusus yang lazim disebut sebagai diabetes distress. Diabetes distress dalam jangka panjang telah dikaitkan dengan berbagai hasil DM yang buruk. Banyaknya “peristiwa negatif” yang terjadi selama menjalani hidup dengan DM tipe 2 membuat penderita DM tipe 2 cenderung menyalahkan diri sendiri dan mengkritik diri dengan keras ketika mengalami kegagalan. Self-compassion merupakan salah satu konstruksi psikologis yang dapat digunakan penderita DM tipe 2 untuk meregulasi emosi kognitif guna mengatasi diabetes distress. Penderita DM tipe 2 dengan selfcompassion yang tinggi akan cenderung memiliki tingkat diabetes distress rendah dan terlibat dengan perilaku diet yang sehat, aktif secara fisik, serta memiliki hasil klinis berupa kadar HbA1c yang baik. Puskesmas Sumbersari sebagai fasilitas layanan kesehatan primer dengan jumlah kasus DM tipe 2 tertinggi nomor 1 pada tahun 2020-2021, dan tertinggi kelima pada tahun 2022 di Kabupaten Jember. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara self-compassion dengan diabetes distress pada penderita DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 78 orang didapatkan dari hasil perhitungan menggunakan power analysis melalui aplikasi G*Power 3.1.9.7. Sampel diperoleh melalui metode multistage random sampling terhadap responden yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Self-Compassion Scale (SCS) dan Diabetes Distress Scale (DDS) sedangkan informasi mengenai klinis dan demografi diperoleh melalui rekam medis dan kuesioner demografi responden. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial menggunakan uji korelasi Kendall tau-b. Nilai p value <0,05 dianggap signifikan secara statistik jika ada hubungan antara kedua variabel. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata self-compassion responden penelitian adalah 3.84 (tingkat self-compassion tinggi). Sebanyak 56 orang (71.8%) memiliki tingkat self-compassion tinggi, sementara 1 orang (1.3%) memiliki tingkat self-compassion rendah. Sebanyak 40 orang (51.3%) tidak/memiliki sedikit diabetes distress, sementara 38 orang (48.7%) memiliki tingkat diabetes distress yang signifikan (sedang – tinggi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dengan kekuatan sedang yang signifikan secara statistik antara self-compassion dengan diabetes distress pada penderita DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember (r = -0.571; p value = 0.000). Self-compassion dapat dianggap sebagai salah satu faktor personal yang memfasilitasi strategi koping adaptif. Self-compassion akan mempengaruhi penilaian kognitif terhadap stresor, yaitu dengan menganggap stresor dan kekurangan diri sebagai hal yang kurang mengancam, karena merupakan bagian dari pengalaman hidup manusia, serta meregulasi emosi negatif dan perilaku menyalahkan diri menjadi rasa welas asih. Kemudian self-compassion juga akan mempengaruhi penilaian kognitif sekunder dengan menganggap sebuah stresor sebagai situasi yang dapat diatasi. Dengan demikian, self-compassion dapat dianggap sebagai strategi koping yang positif, termasuk pada penderita DM tipe 2, karena memiliki peran aktif dalam menenangkan diri dan mempertahankan keseimbangan emosional terutama ketika menghadapi situasi yang menyebabkan stres, serta meningkatkan keterlibatan seseorang dengan koping adaptif (problemfocused coping dan emotional approach coping) dan menghindari keterlibatan dengan koping maladaptif (emotional avoidance coping). Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan pelayanan psikologis pada penderita DM tipe 2, seperti mengembangkan layanan intervensi psikologis yang peka terhadap beban pengobatan diabetes, konteks sosial budaya, dan berpusat pada pasien, serta mempromosikan pelatihan self-compassion, terutama pada populasi yang rentan memiliki self-compassion yang rendah.en_US
dc.description.sponsorshipDosen Pembimbing Utama : Murtaqib, S.Kp., M.Kep. Dosen Pembimbing Anggota : Dr. Ns. Rondhianto, S.Kep., M.Kep.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Keperawatanen_US
dc.subjectSELF-COMPASSIONen_US
dc.subjectDIABETES DISTRESSen_US
dc.subjectDIABETES MELITUSen_US
dc.titleHubungan Self-Compassion dengan Diabetes Distress pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jemberen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiIlmu Keperawatanen_US
dc.identifier.pembimbing1Murtaqib, S.Kp., M.Kep.en_US
dc.identifier.pembimbing2Dr. Ns. Rondhianto, S.Kep., M.Kep.en_US
dc.identifier.validatorValidasi_firli_7_agustus_25en_US
dc.identifier.finalizationTaufiken_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record