Hubungan Self-Compassion dengan Diabetes Distress pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember
Abstract
Hidup dengan kondisi DM beserta tuntutan menjalani aktivitas manajemen
diri dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan beban emosional khusus yang
lazim disebut sebagai diabetes distress. Diabetes distress dalam jangka panjang
telah dikaitkan dengan berbagai hasil DM yang buruk. Banyaknya “peristiwa
negatif” yang terjadi selama menjalani hidup dengan DM tipe 2 membuat penderita
DM tipe 2 cenderung menyalahkan diri sendiri dan mengkritik diri dengan keras
ketika mengalami kegagalan. Self-compassion merupakan salah satu konstruksi
psikologis yang dapat digunakan penderita DM tipe 2 untuk meregulasi emosi
kognitif guna mengatasi diabetes distress. Penderita DM tipe 2 dengan selfcompassion yang tinggi akan cenderung memiliki tingkat diabetes distress rendah
dan terlibat dengan perilaku diet yang sehat, aktif secara fisik, serta memiliki hasil
klinis berupa kadar HbA1c yang baik. Puskesmas Sumbersari sebagai fasilitas
layanan kesehatan primer dengan jumlah kasus DM tipe 2 tertinggi nomor 1 pada
tahun 2020-2021, dan tertinggi kelima pada tahun 2022 di Kabupaten Jember.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara self-compassion
dengan diabetes distress pada penderita DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas
Sumbersari Kabupaten Jember.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 78
orang didapatkan dari hasil perhitungan menggunakan power analysis melalui
aplikasi G*Power 3.1.9.7. Sampel diperoleh melalui metode multistage random
sampling terhadap responden yang memenuhi kriteria inklusi penelitian.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Self-Compassion
Scale (SCS) dan Diabetes Distress Scale (DDS) sedangkan informasi mengenai
klinis dan demografi diperoleh melalui rekam medis dan kuesioner demografi
responden. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial
menggunakan uji korelasi Kendall tau-b. Nilai p value <0,05 dianggap signifikan
secara statistik jika ada hubungan antara kedua variabel.
Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata self-compassion responden
penelitian adalah 3.84 (tingkat self-compassion tinggi). Sebanyak 56 orang (71.8%)
memiliki tingkat self-compassion tinggi, sementara 1 orang (1.3%) memiliki
tingkat self-compassion rendah. Sebanyak 40 orang (51.3%) tidak/memiliki sedikit
diabetes distress, sementara 38 orang (48.7%) memiliki tingkat diabetes distress
yang signifikan (sedang – tinggi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan negatif dengan kekuatan sedang yang signifikan secara statistik antara
self-compassion dengan diabetes distress pada penderita DM tipe 2 di wilayah kerja
Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember (r = -0.571; p value = 0.000).
Self-compassion dapat dianggap sebagai salah satu faktor personal yang
memfasilitasi strategi koping adaptif. Self-compassion akan mempengaruhi
penilaian kognitif terhadap stresor, yaitu dengan menganggap stresor dan
kekurangan diri sebagai hal yang kurang mengancam, karena merupakan bagian
dari pengalaman hidup manusia, serta meregulasi emosi negatif dan perilaku
menyalahkan diri menjadi rasa welas asih. Kemudian self-compassion juga akan
mempengaruhi penilaian kognitif sekunder dengan menganggap sebuah stresor
sebagai situasi yang dapat diatasi. Dengan demikian, self-compassion dapat
dianggap sebagai strategi koping yang positif, termasuk pada penderita DM tipe 2,
karena memiliki peran aktif dalam menenangkan diri dan mempertahankan
keseimbangan emosional terutama ketika menghadapi situasi yang menyebabkan
stres, serta meningkatkan keterlibatan seseorang dengan koping adaptif (problemfocused coping dan emotional approach coping) dan menghindari keterlibatan
dengan koping maladaptif (emotional avoidance coping).
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan pelayanan
psikologis pada penderita DM tipe 2, seperti mengembangkan layanan intervensi
psikologis yang peka terhadap beban pengobatan diabetes, konteks sosial budaya,
dan berpusat pada pasien, serta mempromosikan pelatihan self-compassion,
terutama pada populasi yang rentan memiliki self-compassion yang rendah.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1652]