Analisis Visualisasi Data Kerentanan Terjadinya Bencana Alam Gempa Bumi di Indonesia
Abstract
Indonesia terletak di kawasan cincin api atau yang dikenal dengan Ring of
Fire, yaitu wilayah di sekitar Pasifik yang sering mengalami aktivitas seismik dan
vulkanik yang tinggi. Wilayah ini juga menjadi tempat bertemunya tiga lempeng
tektonik dunia, yakni lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng
Pasifik. Hal ini menjadikan Indonesia ke salah satu negara yang rentan terkena
bencana alam seperti gempa bumi. Gempa bumi terjadi akibat guncangan
permukaan bumi dan getaran seisimik yang disebabkan oleh pelepasan ketegangan
tiba – tiba di lapisan luar kerak bumi. Tahun 2018 menjadikan Indonesia sebagai
tahun yang paling parah karena banyak gempa bumi yang terjadi pada tahun ini
termasuk gempa terbesar di Pulau Lombok dan Palu dengan dampak yang
signifikan. Banyak faktor yang menyebabkan kerentanan terhadap gempa bumi,
antara lain; geologis, sistematis, struktural, dan sosial ekonomi. Selain itu, terdapat
beberapa parameter pada gempa bumi, diantara; waktu kejadian gempa bumi,
hiposentrum, episentrum, dan magnitudo.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan hasil analisis visualisasi
data serta korelasi antara dua atribut variabel magnitudo dan hiposentrum dari data
kerentanan terjadinya bencana alam gempa bumi di Indonesia. Pada penelitian ini
atribut yang digunakan untuk analisis adalah magnitudo dan hiposentrum dan
metode visualisasi data yang digunakan yaitu heatmap dan scatter plot untuk
menganalisis kejadian gempa bumi. Scatterplot adalah visualisasi data yang dapat
digunakan untuk merepresentasikan berbagai data. Sedangkan heatmap adalah
representasi grafis dari beberapa titik yang juga merupakan salah satu model dari
visualisasi data yang menampilkan data spasial dalam bentuk peta panas. Heatmap
digunakan untuk menunjukkan konsentrasi data kepadatan atau frekuensi kejadian,
sementara scatter plot digunakan untuk memperlihatkan hubungan antara kedua
atribut. Temuan penelitian menunjukkan bahwa Indonesia memiliki wilayah
dengan tingkat kejadian gempa bumi tertinggi di Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi,
Nusa Tenggara, dan Papua. Di mana gempa bumi umumnya terjadi pada kedalaman
rata – rata 25 km dan gempa bumi dangkal cenderung lebih merusak dibandingkan
dengan gempa bumi yang terjadi di dalam bumi. Korelasi antara atribut magnitudo
dan hiposentrum memiliki hubungan positif yang lemah, yaitu pada nilai 0.23.
Penelitian ini memberikan pemahaman mengenai analisis visualisasi data pada
kejadian bencana alam gempa bumi di Indonesia.