dc.description.abstract | Styrofoam (polistirena) merupakan salah satu jenis plastik yang digunakan
sebagai wadah makanan. Wadah kemasan berbahan styrofoam saat ini digemari
oleh kalangan masyarakat karena harganya terjangkau, praktis, mampu menahan
panas makanan dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan wadah lain dan
dapat langsung dibuang. Styrofoam tergolong dalam jenis limbah yang sangat rumit
untuk didaurulang (tidak dapat terdegradasi secara alami). Apabila didaur ulang,
bahan ini memerlukan proses yang sangat panjang dan lama sehingga
membutuhkan sebuah sistem penanganan terpadu untuk mengatasi meningkatnya
limbah styrofoam. Jika mengatasi limbah styrofoam dilakukan dengan pembakaran
akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan berupa terjadinya
pencemaran udara khususnya emisi dioxin yang bersifat karsinogen.
Solusi tepat untuk mengurangi limbah styrofoam yakni dengan melakukan
biodegradasi. Biodegradasi merupakan proses mendegradasi atau memecah rantai
polimer dengan bantuan mikroorganisme atau mahkluk hidup. Salah satu
organisme yang berperan sebagai agen biodegradator adalah Zophobas atratus.
merupakan spesies yang tergolong dalam famili Tenebrionidae ordo Coleoptera.
Zophobas atratus atau yang lebih dikenal ulat Jerman merupakan salah satu jenis
ulat yang sering digunakan sebagai pakan ternak. Dalam pengelolaan sampah,
ulat Jerman digunakan sebagai agen biodegradator yang menguraikan polistirena
menjadi monomer yang lebih pendek. Proses penguraian polistirena ini ramah
lingkungan karena tidak menghasilkan senyawa berbahaya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh perendaman styrofoam dengan beberapa jenis
makanan cair terhadap degradasi styrofoam dan densitas mikroplastik oleh
Zophobas atratus Fab..Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratoris dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli –
Oktober 2023. Sampel dalam penelitian ini adalah ulat Jerman (Zophobas atratus
Fab.) yang diberi perlakuan pakan konsentrat (kontrol negatif), styrofoam tanpa
rendaman makanan (kontrol positif), styrofoam dengan sawi (P1), styrofoam
dengan daging sapi (P2), dan styrofoam dengan nasi (P3). Prosedur penelitian ini
terbagi menjadi empat tahap, diawali dengan preparasi alat dan bahan, perlakuan
pemberian pakan, tahap pembedahan ulat, dan karakterisasi fragmen mikroplastik
yang ditemukan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa
Perendaman styrofoam dengan beberapa jenis makanan cair berpengaruh sangat
signifikan (p=0,000) terhadap degradasi styrofoam dimana degradasi pada P3
(styrofoam dengan nasi) lebih tinggi dengan rerata 3170,61 (± 1022,93) g/g
induvidu/hari, diikuti P2 dengan rerata 2010,25 (± 1338,57) g/g induvidu/hari,
kemudian P1 dengan rerata 512,71 (± 267,25) g/g induvidu/hari. Sedangkan
degradasi terendah terjadi pada K+S dengan rerata 169,36 (± 131,46) g/g
induvidu/hari. Perendaman styrofoam dengan beberapa jenis makanan cair
berpengaruh sangat signifikan (p=0,001) terhadap densitas mikroplastik. Densitas
tertinggi terjadi pada P3 dengan nilai rerata 69,50 (± 26,74) fragmen, diikuti P2
dengan rerata 33,00 (± 12,27) fragmen, kemudian pada P1 dengan rerata 28,00 (±
6,48) fragmen. Sedangkan densitas terendah terjadi pada K+S dengan rerata 11,50
(± 5,92) fragmen.
Hasil penelitian kemudian dipublikasikan ke dalam bentuk Buku Ilmiah
Populer sebagai media untuk menyebarluaskan informasi dan pengetahuan tentang
kemampuan Zophobas atratus Fab. dalam mendegradasi plastik kepada
masyarakat. Hasil uji validasi buku ilmiah populer oleh tiga validator diperoleh skor
rerata 86%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa buku ilmiah populer yang telah
disusun sangat layak untuk dipublikasikan dan digunakan sebagai bahan bacaan
bagi masyarakat. | en_US |