Show simple item record

dc.contributor.authorDJATMIKO, Namira Kirana
dc.date.accessioned2025-07-17T05:01:13Z
dc.date.available2025-07-17T05:01:13Z
dc.date.issued2025-12-19
dc.identifier.nim212010101045en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/127431
dc.descriptionFinalisasi unggah file repositori tanggal 17 Juli 2025_Kurnadien_US
dc.description.abstractSwamedikasi merupakan upaya pengobatan mandiri yang banyak dilakukan masyarakat Indonesia. Namun, praktik ini sering kali tidak rasional, terutama dalam penggunaan antibiotik tanpa resep dokter, yang berkontribusi pada resistensi antibiotik. WHO memperkirakan resistensi antibiotik dapat menyebabkan 10 juta kematian setiap tahun pada 2050 jika tidak ada intervensi yang efektif. Petani sebagai kelompok terbesar tenaga kerja Indonesia sering menggunakan antibiotik dalam swamedikasi untuk keluarga, termasuk anak-anak dan lansia, yang dapat meningkatkan risiko resistensi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan perilaku swamedikasi antibiotik dan kejadian resistensi pada keluarga petani di RSD dr. Soebandi Jember. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional yang dilakukan pada 43 responden di poli urologi RSD dr. Soebandi Jember pada bulan Oktober hingga Desember 2024. Perilaku swamedikasi antibiotik diukur menggunakan kuesioner dan hasil uji sensitivitas kultur bakteri menggunakan data rekam medis. Uji Chi-Square digunakan untuk menilai hubungan antar variabel penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah 43 responden, dengan responden terbanyak pada kelompok usia 40-59 tahun (n=24, 55,8%) dan mayoritas berpendidikan terakhir SMA/sederajat (n=18, 41,9%). Perilaku swamedikasi antibiotik mayoritas pada kategori baik (n=25, 58,1%). Untuk hasil uji sensitivitas kultur bakteri tertinggi yaitu resisten sebanyak 39 responden (90,7%) dengan bakteri terbanyak yaitu Escherichia coli (n=11, 25,6%). Hasil uji sensitivitas kultur bakteri berdasarkan golongan, terdapat 3 golongan dengan hasil resisten terbanyak yaitu sulfonamide, fluoroquinolone, dan sefalosporin. Hasil uji analisis statistik bivariat dari kedua variabel adalah 0,628; 0,405; 0,085; 0,818; 0,112; dan 0,480 (p>0,05). Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara perilaku swamedikasi antibiotik dengan kejadian resistensi secara keseluruhan maupun berdasarkan golongan. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penggunaan antibiotik dan hubungannya dengan resistensi antibiotik secara langsung dikalangan masyarakat.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Kedokteran Universitas Jemberen_US
dc.subjectSwamedikas Antibiotiken_US
dc.subjectKejadian Resistensien_US
dc.subjectKeluarga Petanien_US
dc.titleHubungan Perilaku Swamedikasi Antibiotik dengan Kejadian Resistensi pada Keluarga Petani di RSD Dr. Soebandi Jemberen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiPendidikan Dokteren_US
dc.identifier.pembimbing1dr. Supangat, M.Kes., Ph.D., Sp.BA, FIAPS, FIACPSen_US
dc.identifier.pembimbing2dr. Septa Surya Wahyudi, Sp.Uen_US
dc.identifier.validatorRudy Ken_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record