Penerapan Parallel Editing dalam Membangun Unsur Dramatik pada Film Fiksi Maaf Bapak Salah Jalan
Abstract
Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu penyumbang angka perkawinan dini
terbesar di Indonesia hingga menyebabkan dispensasi perkawinan. Ada banyak hal
berbahaya dampak dari pernikahan usia dini baik dari kesehatan maupun psikologis,
diantaranya adalah risiko bayi lahir stunting. Selain itu, banyaknya kasus
pernikahan dini dapat menimbulkan polemik baru yaitu kemiskinan. Kemiskinan
menjadi masalah sosial yang kompleks dan bersifat multidimensionl bagi banyak
negara di dunia, terutama di negara berkembang, tak terkecuali Indonesia.
Fenomena pernikahan dini dan kemisikinan menarik untuk dibicarakan karena
masih menjadi isu besar di Indonesia, khususnya di wilayah Tapal Kuda (Lumajang,
Probolinggo, Jember, Situbondo, Bondowoso).
Film mengomunikasikan informasi dan ide, dan mereka menunjukkan
kepada kita tempat dan cara kehidupan yang mungkin tidak kita ketahui, (Bordwell,
2019:2). Maaf Bapak Salah Jalan bercerita tentang usaha bapak membeli susu
untuk anaknya di tengah pandemi covid-19 yang membuatnya kesusahan mencari
pekerjaan dan uang untuk membeli susu. Dalam film ini pengkarya mengambil
peran sebagai penyunting gambar atau editor dengan menggunakan konsep parallel
editing untuk membangun nsur dramatik film. Dalam membangun unsur dramatik
dan emosi di dalam sebuah film tidak cukup melalui unsur naratif saja, melainkan
harus didukung melalui unsur sinematik seperti penataan gambar, suara, warna,
artistik, dan tentunya penyuntingan gambar.
Teknik Parallel editing yang diterapkan pengkarya membantu konsep
sinematografi yang diterapkan pada film Maaf Bapak Salah Jalan yakni angle
kamera subjektif. Dengan menggunakan konsep parallel editing, pengkarya
menyampaikan pesan yang tak hanya terdengar, tetapi juga terlihat. Keseluruhan
proses dijalankan dengan tujuan mencapai keselarasan konsep yang telah dipilih,serta memastikan kemampuan film dalam menyampaikan pesan dengan tepat
melalui mediumnya. Sebuah film bukan sekadar rangkaian adegan, melainkan
karya seni dinamis yang berbicara melalui bahasa universal audio visual, menyentuh
jiwa dan merangkul imajinasi penonton.