Hubungan Gaya Hidup Terhadap Stadium Katarak Senilis di Poli Mata Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember
Abstract
Katarak merupakan salah satu penyakit mata yang banyak dijumpai pada
masyarakat. Katarak yang paling banyak dijumpai adalah katarak senilis, yakni
kondisi kelainan mata, dimana terjadi penurunan progresif pada usia lebih dari 50
tahun yang menyebabkan kekeruhan pada lensa mata. Kekeruhan pada lensa mata
terjadi akibat adanya denaturasi protein atau hidrasi pada lensa sehingga
menyebabkan pandangan kabur. Denaturasi protein menyebabkan perubahan
warna lensa mata menjadi kuning atau kecoklatan. Hal ini mengakibatkan fungsi
lensa menjadi terhambat dalam memfokuskan cahaya untuk mencapai retina.
Salah satu penyebab terjadinya katarak senilis adalah gaya hidup. Gaya hidup
yang tidak sehat dapat mempengaruhi terjadinya katarak senilis pada masyarakat
yang berusia lanjut. Tingginya gaya hidup yang buruk berdampak pada tingkat
keparahan katarak senilis (insipien, imatur, matur, hipermatur). Beberapa gaya
hidup buruk yang berpotensi menyebabkan katarak meliputi kebiasaan merokok,
mengkonsumsi alkohol, makanan tidak sehat, radiasi sinar matahari kurang
berolahraga dan stres.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan gaya hidup
terhadap stadium katarak senilis di poli mata Rumah Sakit Tingkat III Baladhika
Husada Jember. Penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu variabel independen
(gaya hidup) dan variabel dependen (stadium katarak senilis). Desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan
cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik quota
sampling. Populasi pada penelitian ini adalah pasien katarak senilis berusia 51-70
tahun yang berkunjung atau melakukan pemeriksaan mata di poli mata Rumah
Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember dengan jumlah sampel 103 pasien
katarak senilis. Pengumpulan data menggunakan hasil pemeriksaan katarak senilis dan kuesioner Simple Lifestyle Indicator Questionnaire terjemahan bahasa
Indonesia yang sudah di uji validitas dan reliabilitas. Uji analisis bivariat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kendall Tau c.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas usia pasien katarak senilis
51-60 tahun, sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, mayoritas berpendidikan
SMP, pekerjaan terbanyak sebagai wiraswasta dan mayoritas responden terpapar
sinar matahari ≤ 4 jam/hari. Gaya hidup memiliki hubungan dengan variabel
stadium katarak senilis dengan nilai ρ-value 0,000 (<0,05) yang artinya Ha
diterima. Nilai koefisien korelasi menunjukkan kekuatan hubungan yang berbeda
arah antara kedua variabel dengan nilai -0,564 (cukup), artinya semakin sehat
gaya hidup maka semakin rendah stadium katarak senilis. Selain itu, indikator
gaya hidup seperti diet, olahraga, alkohol, merokok, stres dan terpapar sinar
matahari juga berhubungn dengan stadium katarak senilis.
Gaya hidup merupakan cara seseorang dalam menjalani kehidupannya
yang menyangkut kebiasaan sehari-hari. Kebiasaan menerapkan gaya hidup yang
tidak sehat akan berdampak pada kesehatan tubuh seseorang tidak terkecuali
dengan mata. Gaya hidup diet, olahraga, konsumsi alkohol, merokok dan tingkat
stres merupakan salah satu gaya hidup yang mempengaruhi stadium katarak
senilis. Pentingnya mengembangkan pendekatan untuk mencegah keparahan
katarak senilis dengan diet seimbang, mengurangi paparan yang menyebabkan
stres oksidatif untuk memperlambat perkembangan kekeruhan katarak senilis.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara gaya
hidup dengan stadium katarak senilis. Dalam hal ini, perawat berperan penting
dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan memberikan penyuluhan
kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam
menjaga kesehatan mata dan melakukan pemeriksaan mata secara berkala. Selain
itu, perawat juga berperan penting dalam pelayanan kesehatan masyarakat dalam
memberikan asuhan keperawatan secara holistik.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1621]