dc.description.abstract | This study aimed to determine (1) how much the average income of cotton
farmers acceleration pattern with cotton farmers in the district acceleration
pattern before Situbondo, (2) how much the cost efficiency of cotton farming
acceleration pattern with the pattern before acceleration in Situbondo district.
This type of research is descriptive comparative, which aims to outline the nature
or characteristics of a particular phenomenon and illustrates an object of
research based on the facts available. The unit of analysis in this study is the
cotton farmers and cotton farmer’s acceleration pattern with the pattern before
acceleration in Situbondo in 2011. The sampling method used is random Stratified
Sampling methods, number of samples taken, namely 60 120 cotton farmers
Cotton farmers after acceleration and 60 farmers before acceleration. Methods of
data analysis using the average net income per hectare of cotton farming. To test
for significant differences in the level of average net income per acre obtained by
the acceleration pattern cotton farmer’s cotton farmers used the pattern before
acceleration z test (z-test). To determine differences in the average efficiency cost
of cotton farming and cotton farmers acceleration pattern pattern before
significant acceleration To test the difference in average cost efficient
acceleration pattern cotton farming with cotton farmers use patterns before
acceleration z test (z-test)
In the analysis of the results showed that the strata I, II, III average net
income per hectare of cotton farmers acceleration pattern is higher compared to
the average net income per hectare of cotton farmers before the acceleration
pattern. The strata I, II, and III the average cost efficiency of cotton farmers
Farming acceleration pattern is higher than the average cost efficiency Farming
cotton pattern before acceleration. ....Program akselerasi pengembangan tanaman kapas di Jawa Timur telah
dimulai dari tahun 2007 di kabupaten Pacitan dan Lamongan. Sampai dengan
tahun 2010, daerah pengembangan kapas sudah mencapai 7 kabupaten yaitu
antara lain kabupaten pacitan, Lamongan, Situbondo, Probolinggo, Banyuwangi,
Mojokerto dan Tuban dengan areal yang terus berkembang yang hingga tahun
2010 mencapai 1.900 hektar. Namun, produktivitas yang dicapai belum mencapai
sasaran yang diharapkan yaitu 197 kg/Ha pada tahun 2007, meningkat menjadi
259 kg/Ha pada tahun 2008, 282 kg/Ha pada Tahun 2009 dan menjadi 338 kg/Ha
pada tahun 2010.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terhambatnya program
pengembangan kapas di Jawa timur, antara lain: usaha tani kapas pada umumnya
dilakukan pada lahan-lahan marginal, terbatasnya benih unggul dengan harga
yang terjangkau, teknologi budidaya anjuran tidak diterapkan dengan sepenuhnya
dikarenakan lemahnya permodalan dari petani, pengembangan kapas terbatas
hanya pada beberapa wilayah saja, dan lemahnya kelembagaan dari petani kapas.
Akibatnya pelaksanaan program-program pengembangan kapas hingga saat ini
belum berhasil dengan baik dalam hal pencapaian realisasi dari target areal lahan
tanam, hasil produksi kapas maupun produktivitas para petani kapas.
Terkait dengan upaya untuk peningkatan areal lahan tanam dan produksi
kapas maka mulai tahun 2007, Pemerintah telah memfasilitasi upaya percepatan
peningkatan areal tanam dan produksi tanaman kapas melalui dana APBN Tugas
Pembantuan (TP) Provinsi berupa penyediaan benih bermutu (100%), pemberian
bantuan sarana produksi (25%), pendampingan tugas teknis lapangan dan
pelatihan petani.
Tujuan dari penelitian ini antara lain: (a) menganalisis besar biaya,
keuntungan, dan efisiensi menerapkan program akselerasi kapas di Kabupaten
Situbondo; dan (b) menganalisis efisiensi biaya usaha tani kapas pola akselerasi
dengan pola sebelum akselerasi di kabupaten situbondo.
Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive comparative.Unit
analisis dalam penelitian ini adalah petani kapas dengan pola Akselerasi dan
petani kapas dengan pola sebelum akselerasi di Kabupaten Situbondo tahun 2011.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Stratified
Rondom Sampling, Jumlah sampel yang diambil sebanyak 120 petani kapas yaitu
60 petani Kapas setelah akselerasi dan 60 petani sebelum akselerasi. Metode
xi
Analisis Data menggunakan rata-rata pendapatan bersih per hektar usaha tani
kapas yang menggunakan akselerasi dan pola sebelum akselerasi
Untuk menguji tingkat signifikan perbedaan rata-rata pendapatan bersih
per hektar yang diperoleh petani kapas pola akselerasi dengan petani kapas
pola sebelum akselerasi digunakan uji z (z-test)
Berdasarkan hasil analisis pada pembahasan diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
Pada strata I, II, III rata-rata pendapatan bersih per hektar petani kapas
pola akselerasi lebih tinggi di bandingkan dengan rata-rata pendapatan bersih per
hektar petani kapas pola sebelum akselerasi. Untuk keseluruhan strata I,II,III ratarata
pendapatan bersih per hektar petani kapas pola akselerasi lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata pendapatan bersih per hektar petani kaps pola
akselerasi lebih tinggi dibandingkan rata-rata pendapatan bersih per hektar petani
kapas pola sebelum akselerasi, hal ini karena petani kapas pola akselerasi dapat
menekan biaya yang dikeluarkan dapat mendapat penerimaan yang tinggi,
sedangkan petani kapas pola sebelum akselerasi menggunakan biaya yang tinggi
mendapaykan biaya total yang rendah.
Pada strata I, II, dan III rata-rata efisiensi biaya usaha tani petani kapas
pola akselerasi lebih tinggi daripada rata-rata efisiensi biaya Usaha Tani kapas
pola sebelum akselerasi. Untuk keseluruhan strata I,II,dan III rata-rata efesiensi
biaya usaha tani kapas per Ha pola akselerasi lebih tinggi daripada rata-rata
efisiensi biaya usaha tani petani kapas sebelum pola akselerasi. hal ini dilihat deari
penerimaan total yang diterima petani kapas pola akselerasi, sedangkan biaya total
yang dikeluarkan rendah. Sebaliknya pada petani petani kapas pola sebelum
akselerasi tingkat penerimaan total yang diterima kecil dan biaya total yang
dikeluarkan besar. | en_US |