dc.description.abstract | Inklusi keuangan dapat meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap
layanan keuangan, mengurangi kemiskinan dan menurunkan ketimpangan
pendapatan. Hadirnya sistem keuangan inklusif memberikan kesempatan yang
sama kepada individu dan bisnis untuk mendapatkan produk dan layanan keuangan
yang mudah dan terjangkau untuk memenuhi kebutuhan, yaitu transaksi,
pembayaran, tabungan, dan kredit (Kim, 2013; Makhija & Chacko, 2021; Öner et
al., 2022). Ini telah mengubah dampak pada tingkat awal seperti menyebarkan
kesadaran, meningkatkan pengetahuan keuangan, memberikan peluang investasi,
membantu masyarakat memperlancar konsumsi terhadap shock, dan
memberdayakan perempuan. Semua dampak awal ini mengarah pada hasil ekonomi
yang lebih tinggi, yaitu keluar dari kemiskinan, mengurangi ketimpangan
pendapatan, dan mengarahkan ekonomi ke jalur pembangunan. Dengan demikian,
pembuat kebijakan di seluruh dunia telah mengejar inklusi keuangan sebagai tujuan
kebijakan utama.
Dalam perkembangan inklusi keuangan di setiap negara, akses ke teknologi
digital memberikan jangkauan layanan keuangan yang lebih luas seperti perbankan
online, mobile banking dll. Teknologi tersebut telah menghasilkan beberapa produk
yang kita kenal seperti Anjungan Tunai Mandiri (ATM) , internet banking, mobile
banking, e-wallet, serta kartu kredit dan debit. Hal ini memberikan beberapa
manfaat seperti transaksi keuangan yang lebih mudah dan terjangkau dibanding
perbankan tradisional. Layanan keuangan digital ditawarkan sebagai jawaban
terkait uang untuk meningkatkan pertimbangan moneter (Michelle, 2016). Inklusi
keuangan menjembatani kesenjangan antara uang tunai dan pembayaran digital.
Pelanggan terhubung ke sistem pembayaran digital, sehingga dapat mentransfer
uang secara instan dan murah ke teman, keluarga, dan kolaborasi bisnis (Radcliffe
& Voorhies, 2012).
Secara umum, hubungan antara inklusi keuangan dan kebijakan moneter dapat
terjadi karena inklusi keuangan meningkatkan akses ke layanan keuangan; akses ke
layanan keuangan meningkatkan permintaan agregat dan investasi; permintaan
agregat dan investasi menjadi lebih sensitif terhadap kebijakan moneter melalui
peningkatan elastisitas suku bunga pinjaman. Selain itu, peningkatan inklusi
keuangan menawarkan kumpulan simpanan yang lebih kuat, memberikan
ketahanan yang lebih besar kepada bank dalam menghadapi shock keuangan.
Ringkasnya, hubungan antara inklusi keuangan dengan kebijakan moneter terletak
pada instrumen suku bunga dalam mengatur perekonomian. (Qori’ah et al., 2020;
Mbutor, 2013). Kebijakan moneter untuk mempengaruhi suku bunga akan efektif
dengan tingkat inklusi keuangan yang tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara inklusi keuangan
digital terhadap kebijakan moneter di provinsi terpilih Indonesia dengan
menggunakan metode Panel Least Square(PLS). Penggunaan metode PLS dalam
penelitian ini digunakan untuk melihat pengaruh variabel inklusi keuangan digital
terhadap kebijakan moneter di provinsi terpilih Indonesia. Variabel bioekonomi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel jumlah ATM, jumlah DPK,
jumlah EDC, dan jumlah uang elektronik. Penggunaan metode PLS diperoleh
temuan bahwa terdapat dua variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
kebijakan moneter yaitu jumlah ATM dan DPK. Sementara untuk variabel jumlah
EDC dan jumlah jumlah instrumen uang elektronik tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kebijakan moneter di provinsi terpilih Indonesia. | en_US |